Argh!
Kemarin frustasi dengan rambut sendiri. Makin lama makin parah rontoknya. Mo pake vitamin kek, mo pake lidah buaya kek, kenapa dia ndak mo tetap di tempatnya??? Kenapa dia harus jatuh ke tanah sesuai dengan hukum gravitasi???
Menyebalkan!
Udah dia lurus mati, ndak bisa diapa-apain, bentuknya jigrakan lagi kalo bangun tidur.
Argh!
Di saat-saat marah karena rambut yang menyebalkan dan setiap hari menjadi bad hair day, secara kebetulan aku menonton acara yang cukup hebat di channel “Travel and Living”. Entah kenapa harus tepat sekali dengan tema hati saat itu, “rambut”.
Jadi acaranya tentang sekolah hairdressing yang tertarik untuk berdonasi ke yayasan yang kerjanya membuat wig untuk anak-anak yang terkena kanker. Tahu sendiri kan kalo anak-anak yang kena kanker itu, rambutnya pada rontok karena rata-rata pasti kemoterapi.
Nah, di situ dijelasin caranya mengumpulkan rambut biar siap didonasikan. Yang bikin tersentuh banget seorang anak perempuan dipasangin wig barunya. Anak itu hebat banget… pas dia senyum waktu wignya ditempelin di kepalanya membuat mataku berkaca-kaca . Hebat banget anak itu! Dia kena kanker tapi masih pengen keliatan hebat pas manggung pake piano, makanya dia perlu banget wig itu. Udah gitu, wig itu dibuat dari rambut teman-teman dia…. Perhatian sekali…
Di dalam situasi kayak di atas, aku berpikir bahwa sebenarnya ada solusi lain selain wig. Solusinya adalah ‘jilbab’. Bukannya kalau pakai jilbab semuanya tertutup dan harusnya istilah seperti, “rambut dia lebih indah” atau “badan dia lebih bagus” itu ndak ada ya . Gak ada kesempatan buat saling membandingkan . Trus misalnya suami protes karena ternyata kamu sepenuhnya botak dan penuh gelmbir, ya resiko dia ndak bisa nerima kita apa adanya kan?
Aku mulai berpikir bahwa jilbab sebagai penutup ‘aurat’ bukan seperti berkata “jangan lihat tubuh yang najis ini” atau “tubuh saya adalah harta yang perlu dirahasiakan” tapi mungkin, mungkin… maksudnya lebih seperti ini,
“Ayo kita pikirkan hal lain selain bentuk fisik kita. Tidak perlu ada yang diirikan, karena toh ndak bakal ada yang liat.”
Jadi, antara sesama memperhatikan apa yang dirasakan. Karena iri dengki kan jelek, membakar semua pahala kan. Kasian juga ada yang masuk neraka karena kita memberi kesempatan pada si orang itu , padahal bisa dicegah bersama…