Strategi Bertahan Hidup

Setelah mendengar berbagai gosip-gosip tentang wece-wece musang dan lenje-lenje, aku jadi menyadari satu hal. Semua perilaku menyebalkan, menjijikkan dan dalam opini gwa tidak terhormat, bisa disimpulkan ke dalam satu aksi. Aksi itu bernama “strategi bertahan hidup”. Semua perilaku merebut pacar orang lain karena dia lebih kaya, mengesampingkan perasaan orang lain, dilakukan tak lain dan tak bukan untuk memenuhi insting untuk bertahan hidup.

Jadi aku memikirkannya. Tentang strategi bertahan hidup itu. Dan aku menemukan bahwa aku:

1. Tidak bisa bertahan hidup dengan bergantung pada tampang. Tampangku tidak menimbulkan perasaan, “Baiklah, saya akan menghidupimu selama-lamanya”. Oh tidak ada, jadi opsi bergantung pada tampang adalah -1

2. Aku tidak bisa bertahan hidup pada kecerdasan. Aku bukan orang yang cerdas. Kadang aku terlalu polos dan kadang aku tidak bisa memikirkan sesuatu dengan serius. Aku hanya mengambil kesimpulan bahwa “hal itu harus dilakukan” tanpa dasar logika yang jelas. Jadi opsi kecerdasan adalah 0

3. Tidak bisa bertahan hidup menggantung pada jodoh. Mana mana mana dia (?) Tampaknya dalam kasus pribadiku, jodoh dan rejeki adalah 2 bidang yang sangat berbeda! Jadi untuk opsi ini, peluang adalah -1000

… etc

Aku belum memikirkan hal lain. Tapi kurasa memang tidak ada opsi yang benar-benar bagus. Yang menonjol. Aku jadi agak mengerti kenapa aku begitu gemuk. Mungkin gen-genku menyadari semua kekuranganku jadi mereka membentuk sebuah mekanisme bertahan hidup seandainya aku terdampar di suatu daerah terpencil. Kurasa aku punya peluang bertahan hidup lebih tinggi di saat seperti itu berkat para lemak.

Tapi di dalam hidup secara general, aku berpikir bahwa aku tidak bisa bertahan kalau bukan memang kehendak Allah. Soalnya setelah kupikir-pikir, kebanyakan rejeki yang kudapatkan adalah sebuah “keberuntungan nomplok”.

Keberuntungan nomplok itu tentu luar biasa, tapi aku tidak boleh gegabah dan harus mulai membentuk strategi bertahan hidup yang baik. Untuk sementara ini sedang berpikir untuk mengasah skill formulasi, in case tiba-tiba semua industri kosmetik bangkrut dan setidaknya aku bisa membuat sabun untukku sendiri.

-nyaw. Perihal bertahan hidup itu serius boi.-

Pribadi saja

Jadi sekarang gwa lagi berpikir betapa egoisnya orang yang bilang “Bergaul lu sana” tapi saat terjadi sesuatu di dalam hidup mereka, kita tidak punya sebuah petunjuk pun.

Bukannya itu menyulitkan orang kek gwa yang berusaha “bergaul”.

Good Lord, please people, stop telling lies!

Apa orang-orang takut jadi terkenal? Terlalu banyak dikenal?

Then just stay average and never hope to be special. Save the time for people who think you are 🙂

-nyaw, has decided to not take much thought on people who are afraid of consequences-

Percaya Bahwa

Kita ingin percaya bahwa,

kalau bentuk tubuh kita berubah

kalau sikap kita berubah

kalau sesuatu berubah

nasib kita pasti akan berubah.

Kenyataannya adalah perubahannya tidak pasti, yang benar adalah kita hanya dapat berharap semuanya berubah.

Sebagai manusia, kadang aku merasa terluka dengan ketidakberdayaan, tapi itu hanya perasaan yang satanic.

-nyaw-

If you don’t believe me look up the manual book dude.

Side Dish

Waktu aku kecil, orang tuaku selalu panik dengan ke-rigid-anku berinteraksi dengan orang lain. Aku tidak suka bermain lari-larian bersama anak-anak lain dan aku akan menangis kalau disuruh menyapa orang lain. Karena sosok kepribadianku lemah, aku selalu menjadi “side dish”. Aku adalah barnacle boy-nya mermaid man, tapi versi yang tidak banyak berbicara dan suka tiba-tiba mengkhayal sendiri.

Beranjak dari anak yang lemah itu, yang selalu menjadi “temannya si A” dan tidak pernah diingat namanya, aku menjadi anak SMP yang merupakan “temannya si B” lalu anak SMU yang disapa di jalanan karena dia dapat mengenalkan orang itu kepada si C karena tentu saja aku adalah “temannya si C”.

Laila bertanya padaku, bagaimana mungkin aku bisa tahan berteman dengan orang-orang yang terlalu mentereng?

Lalu kurasa aku memang tidak terlalu memikirkannya (saat itu). Temanku baik, kita nyambung dan bisa ketawa bareng dan aku masih hidup. Ada kalanya aku benci sekali dengan keadaan itu, tapi lalu aku tidak menangis. Aku hanya menggambar menggambar dan menggambar dan aku tidak tidur. Ada juga kalanya aku ingin bunuh diri, tapi kurasa itu terlalu idiotik jadi itu hanya ide setan sepertinya. Yang sebenarnya adalah ada kalanya aku hanya ingin semua ini berakhir dan aku bersyukur ada kiamat.

Laila bilang itu hebat karena itu kuat.

Tapi kurasa ada beberapa kekuatan di dunia yang tidak ingin kau miliki. Di antaranya adalah kekuatan menjadi bayangan orang lain, kekuatan merasa kesepian,  dan kekuatan ditinggalkan orang lain.

Tapi ada kalanya kita tidak membentuk kekuatan kita, tapi itu adalah anugerah dan tidak bisa ditolak.

Dan ada kalanya kekuatan yang kita miliki itu palsu. Kekuatan yang ada hanya sebuah alibi untuk bertahan hidup.

Tapi aku tidak terlalu peduli. Main course atau side dish tidak mengubah kebenaran apapun. Semuanya hanya persepsi.

-nyaw-

Coffee

love the flavour hate the after consumption reaction

similar to being too involved. Don’t be indulged.

-nyaw, hangover after big bang marathon-

“Einstein defines stupidity as doing the same thing over and over again, expecting the results to be different” -said Sheldon-

Letter to Remember

Dear Nyaw,

Remember to not let anyone that need an invitation/introduction to do greatness to enter your heart.

Let them have the only greatest love that they could only think of.

Themselves.

May all you scumbags and soulmate scumbags do your scum else where.

May God protect us from the untrue.

Regards

-nyaw, very mad and furious, but not at all fast :p-

Rat Race

Setiap hari minggu, aku mengeluh-ngeluh di rumahku yang dingin dengan makanan yang hangat dibalut selimut tebal kalau hari itu adalah hari yang menyebalkan karena harus menyetir 3 jam ke Tangerang. Untuk apa? Untuk mencari uang yang cukup hanya untuk kembali menyetir berkilo-kilometer kembali ke arah Bandung.

Terus terang, gwa benci banget sama kota Tangerang. Debunya tebel dan item dan udaranya pengaaaapppp banget. Orang-orang nyetirnya udah kayak kebakaran jenggot. Aneh.

Lalu konon katanya keadaan kota Jakarta lebih parah dari Tangerang. Beberapa orang nyebut Jakarta sebagai City of Hell.

Gwa gak tau sih, tapi gwa rasa semua kepengapan kota Jakarta dan Tangerang adalah karena sebuah rat race raksasa. Kayaknya hidup tuh selalu dikejar-kejar sesuatu. Kecepatan waktu di kota ini kok gak seperti di Bandung. Bisa cepet… banget. Kadang-kadang gwa merasa pengen diem aja, hanya untuk tahu seberapa cepatnya sih waktu tuh sebenarnya. Kadang-kadang cuman pengen duduk diam dan nontonin rat race begok yang sedang dilangsungkan.

Selalu akan ada perlombaan gaji paling besar di dunia. Selalu akan ada perlombaan adu cepat nikah. Selalu akan ada perlombaan adu cepat punya anak. Selalu akan ada perlombaan adu “kebahagiaan”.

Intinya, selalu akan ada perlombaan.

Sejujurnya gwa muak… banget sama semua rat race. Terkadang semuanya itu gak penting sama sekali. Karena meskipun pas hari minggu gwa ngeluh-ngeluh harus berangkat ke Tangerang, sub city of Hell, km 5 gwa cuman bisa berpikir, “Gwa gak bisa ngebayangin gwa gak berangkat ke kota Neraka untuk membuat formula-formula aneh.” Lalu semua rat race itu menghilang dengan sendirinya. Melebur jadi ketidakberartian.

Gwa pikir, rat race harus berakhir. Karena pada akhirnya apa yang dilakukan dalam hidup kita sendiri gak ada hubungannya sama apa yang dilakukan orang lain di dalam hidup orang lain itu.

-nyaw, race biasa aja males apalagi rat race…-