To: Baby

Dear Baby,

Baru-baru ini berpikir, apakah harus atau tidak harus aku menuliskan surat ini. Kita belum bertemu, dan bahkan mungkin tidak bertemu, tapi sebuah bayangan tentangmu baby, bahwa kau adalah sebuah tanda anugerah Allah SWT, bahwa kau bisa pergi karena tidak pernah dimiliki, dan ide bahwa kau akan ada untuk membuat sebuah perubahan kecil…. Baby, kau adalah sebuah impian, impian yang akan membuatku lebih baik, lebih ingat pada Allah, lebih ingat menjaga diri, lebih sanggup memberi.

Baby, aku tidak tahu apa yang akan kau alami, tapi kupikir hal pertama adalah jangan pernah menyerah. Ketika aku masih kecil, impulsif dan sangat pendiam, aku meragukan Tuhan. Kau tahu, aku tidak pernah mempercayai-Nya saat itu, aku gemuk meskipun bermain basket dan hanya makan 2 kali sehari. Aku tidak punya banyak teman saking pemalunya. Bulu badanku banyak dan sering diejek di jalanan. Lalu aku menjadi si anak setan karena tidak bisa shalat dan tidak pandai mengaji dan tidak terlalu cantik. Kurasa aku benci Tuhan saat itu. Tapi di dalam hati aku tidak menyerah baby, kupikir Tuhan harus tahu aku sangat membencinya, dan kupikir aku harus shalat.

Jadi aku membaca buku cara-cara shalat. Aku membaca doa-doa dalam bahasa arab yang tidak kumengerti karena aku ingin tahu, “Tuhan, aku seperti ini, kenapa? Kenapa saya tidak normal?? Lalu kenapa saya harus bertanya pada-Mu tentang semua ini??? Laki-laki tidak suka perempuan gemuk, apa Kau akan membiarkan aku sendiri?????”

Ternyata baby, saat kau marah, kau tidak betul-betul menginginkan perubahan. Yang betul-betul diinginkan adalah sebuah persetujuan bahwa kau boleh marah, sedih, payah kapan pun kepada Tuhan. Btw baby, Allah Tuhan kita kalau kau tidak tahu. Dan lagi baby, saat senang dan lagi seru, kau juga harus bilang ma Allah baby. Bilang terimakasih membuat kesenangan berlipat ganda.

Lalu baby, setelah aku tidak menyerah tentang mempercayai Tuhan, terkadang aku menjadi sedikit terlalu nekat. Baby, aku ini masuk farmasi bukan karena merasa itu sebuah panggilan, atau sesuatu yang bisa dikuasai. Kupikir baby, aku sangat membenci dan tidak menguasai pelajaran kimia dan matematika dulunya, jadi aku harus masuk sebuah jurusan yang bakal kubenci. Kurasa farmasi mengajarkan segala hal yang kubenci, jadi kupikir, “Ini jurusan untukku!”

Dan baby, tahu tidak, jangan pernah menyerah, bahkan aku bisa mengalahkan kebencian dan menjadi sarjana tepat waktu. Bahkan saat ini aku mau mengikuti ujian untuk menjadi seorang apoteker. Apoteker baby!!! Itu loh, orang yang di belakang counter pas beli obat. Orang yang dibentak-bentak kalau sampai ada kakek yang keselek tablet kegedean. Orang yang memikirkan rasa obat buat anak-anak. Orang yang tanggung jawabnya gedeeeee banget! Mengikuti ujiannya saja sudah membuat bangga! Bahwa aku boleh mencoba bergabung bersama mereka-mereka ini….

Wah baby, aku tidak menyesali menjadi nekat tidak berotak. Itu sangat hebat, gila, meskipun sangat sangat sangat melelahkan.

Terutama baby, aku tidak menyesal belum menyerah.

Masih in dan out dengan Allah, untung ada protapnya, tanda-tanda jelas, dan kerabat yang baik. Semoga kita tidak pernah lupa asal kita.
Juga masih in dan out dengan pilihan-pilihan hidup sendiri, semoga tetap ingat tujuan kita.

Semuanya atas ridha-Nya.
Jangan menyerah baby. Tidak perlu nekat sepertiku baby, itu hanya caraku belajar untuk tidak menyerah. Kau barus menemukan caramu baby 😉

Goodluck baby 🙂

Berpasang-pasangan

Semuanya berpasang-pasangan. Laki-perempuan. Siang-malam. Senang-susah. Hidup-mati.

Ngomong-ngomong tentang hidup-mati, baru-baru ini memikirkan tentang mati setelah melihat serombongan orang mengantarkan seseorang ke kuburannya. Humm…, aku gak ngerti tentang tradisi yang sudah lama di bumi Pertiwi ini, tapi aku merasa bahwa tradisinya harus berubah karena kesannya ‘ria’.

Jadi rombongan itu memblok separuh jalanan dan mengharuskan orang meminggirkan mobilnya agar mereka bisa lewat. Mobil yang tidak minggir, diketuk dan dicibir *mobilku salah satu tentu*. Ndak terpikir mungkin ya sama mereka kalau jalan itu sangat terjal dan menukik, dan tidak mudah memberhentikan mobil dalam posisi itu. Kalau ndak ahli, mobilnya jatuh mundur dan nabrak orang lain.

Pasti ndak mikir gitu kan ya?

Kalau gak mikirin orang yang hidup pasti juga ndak mikirin orang yang mati juga kan? Gak mungkin soalnya hanya mikirin mati aja, tapi ndak mikirin hidupnya. Jadi aku sih mikirnya, pasti juga ndak mikir bahwa mungkin yang meninggal itu malah sedih, kematiannya dirayakan macam begitu. Dalam keramba yang dihias-hias, mayatnya diasung-asung dan tidak segera dikembalikan ke asalnya.

Aku mengerti, keluarga dan kerabatnya pasti sedih. Aku juga pernah berada di dalam rombongan itu. Aku juga pernah mencibiri orang yang tidak ikut bersedih. Tapi sekarang aku mengerti keduanya dan menjadi menyesal dengan hal-hal yang aku lakukan,

Bahwa pada saat seseorang yang meninggal, bukan kenangan yang menjadi sebuah angin sejuk untuk orang itu. Orang yang sudah menyebrang ke sana baru bisa lega kalau saat meninggal, peninggalan dia, hidup dia, bahkan mati dia menjadikan manusia-manusia yang masih hidup ini menjadi lebih dekat dengan Sang Pencipta. Kalau tidak begitu, tidak ada artinya, tidak ada artinya sama sekali hidup dia.

Bahwa pada saat seseorang meninggal, itu memberi kesempatan pada para kerabat untuk berbuat baik pada yang ditinggal. Memberikan dukungan, memastikan bahwa yang ditinggal masih sanggup menjaga kesehatan. Membiarkan mereka bersedih dengan tenang agar bisa mendekat pada Sang Pencipta.

Itulah hidup-mati. Tidak bisa memikirkan makhluk tanpa Tuhan.

Itulah alasannya kupikir tradisi ini harus berakhir. Mengarak yang meninggal, memajang berlama-lama.

Cepat mandikan! Cepat shalatkan! Cepat kembalikan ke tanah! Segera mendekat kepada Allah sesedih apapun! Dukung yang berduka dengan perbuatan yang menyegarkan!

Itulah kenapa kita mengucap “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun” pada saat malang, sedih dan sulit.

Punya-Nya memang akan kembali pada-Nya.

Perhatikan, imbuhan “-Nya” ada 2. Perlu 2 telinga, 2 mata untuk benar-benar mengucap dengan sungguh-sungguh dan paham.

Hening dalam Bising

Sekarang lagi sibuk-sibuknya menjelang ‘ujian terbesar abad ini’, ujian apoteker (lebay ~.~).

Pada saat-saat seperti ini (ujian, dsb), aku biasanya sangat fokus dan menjadi ‘dragonlady-like’. Bikin keputusan-keputusan dengan cepat, belajar dengan cepat dan singkat, matanya sering mendelik, suka lupa nama orang lain, suka mimpi belajar, pagi-pagi capek banget tapi lebih galak dan lebih sigap dari biasanya.

Saat fokus, aku sangat hebat sampai-sampai sepertinya itu ilegal. Kendali diri yang seperti itu sepertinya menurun secara genetik dari bapakku. Bapak juga sangat pemalas tapi kalau sudah fokus, ngeri kali….

Tapi untuk ujian terbesar abad ini, aku tidak seperti itu. Aku sakit-sakitan, santai, dan tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi. Aku hanya ingin mengerjakan soal ujian itu, memberikan sedikit rasa ‘danz’ di atas lembaran-lembaran ujian apoteker yang ribet itu, dan kalau aku diterima, aku menjadi seorang apoteker, kalau tidak, bersyukur aja ndak ada yang mati.

Seneng banget gak jadi fokus kayak biasanya. Aku membenci diriku saat sedang sangat fokus. Kadang-kadang aku merasa hampir-hampir setengah binatang saking gak berperasaannya.

Dan itu gak guna tau, merasa hebat dan membenci diri sendiri di saat yang sama.

Dunia Nyata, Dunia yang Keras dan Lembut

Saat ini sudah mencapai titik terjenuh KP. Sudah bosan melihat buku berisi peraturan yang saling bertabrakan, pengen membanting telepon saking bosan dengar bunyinya, pengen ngelemparin berkas-berkas perizinan ke muka konsumen, dsb. Benar-benar sudah jenuh sekali dengan kerjanya….. <_<

Gila, kasian banget orang dewasa. Tiap hari harus menghadapi kebosanan yang macam begini selama… BERTAHUN-TAHUN. Oh no!!!! Gilaaaaaaa, mimpi buruk jadi nyata banget… *hiii…*. Aku sih merasa tidak akan sanggup menjalani hidup yang seperti mereka itu. Bangun pagi-pagi, mengetahui bahwa kita harus menghadap pekerjaan yang membosankan, mematikan kreatifitas, terus pas pergi tidur malamnya kita tahu besok paginya kita harus kerja seperti itu.

Hhhiiiiiiiiiihhhhhhh……….

Gaji aja sih gak akan berasa itu mah…..

Kurasa itu keluarga memang jadi penting sekali kalau sudah begitu. Kadang-kadang nambah pusing, tapi setidaknya pas pulang kerja, kita tahu ada orang yang peduli sama kita. Lalu, semuanya itu menjadi berarti. Mungkin buat beberapa orang, keluarga itu tidak penting, karena setiap saat mereka ingat untuk bersyukur pada Tuhan dan pekerjaannya jadi ada arti terus. Tapi buat aku, kalau tidak ada yang mengingatkan, akan susah sekali bersyukur.

Untung Allah SWT mencukupkan kebutuhanku. Selalu selalu selalu saja tanpa lelah mencukupkan.

Bahkan hal-hal yang dirasa tidak heboh sebenarnya sangat heboh.

Manja

Ini akan menjadi tulisan yang emosional. Tutup mata bagi yang bosan membaca hal-hal emosional

Udah Jacko meninggal mendadak, Pemilu, masih harus KP besok dan ujiannya bangke, depresi sebelum ujian apt, geuleuh liat cewek-cewek nempel ma MM.

BOSAN……… KENAPA SIH CEWEK-CEWEK GAK MANJA MA ORANG LAIN AJA????????? GWA JUGA CAPEK TAUKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tapi tidak, semuanya freewill, dan itu menyebalkan.

Lalu saat gwa marah, gwa jadi pencemburu yang gila. MANJA.

EMANG??????? JADI LU MAU APA?????????

*nangis aja ah sendiri. Berusaha gak manja seperti itu. Berusaha. Berusaha. Berusaha.*

Tentang Jacko

Waktu kecil aku punya 2 idola, MC Hammer dan Jacko. Jacko-nya setelah MC Hammer gak ngeluarin album lagi. Bener-bener suka Jacko sampai bisa nonton kaset biografinya berulang-ulang dalam satu hari terus coba-coba moonwalk. Entah kenapa rasanya tersihir banget pas nonton Jacko joget dan nyanyi, Kayaknya dia menikmati banget pas joget dan nyanyi, hal-hal lain jadi gak penting. Saat lagu “Heal The World” booming, aku juga jadi merasa pengen ‘heal the world’ juga. Dan saat lagu “You are not alone” diputar, aku juga merasa bahwa aku memang tidak ‘alone’.

Aku rasa, cinta pertamaku namanya “totalitas”. Selalu terpesona dengan orang yang bisa larut dalam kerjaannya sendiri, dan punya keyakinan, “Ya. Ini bakat saya. Ini yang akan saya lakukan. Beginilah saya mau menandai keberadaan saya.”

Keknya setelah nge-fans sama Jacko, belum pernah nge-fans yang lebih dahsyat dan mengena. Saat ini, setelah Jacko sedang berjalan-jalan di “dunia seberang”, video klip-nya jadi sering diputar lagi. Saat menonton video klip-nya yang “Black and White” dan dia berjoget-joget dengan indian-indian sambil menghentak-hentak seperti mereka, aku merasa bahwa dia memang suka sekali bernyanyi dan berjoget. Seakan-akan itu sealami bernapas.

Membuat iri dan kagum saja. Jadi pengen total juga, tapi belum menemukan napasnya.

Suatu saat aku akan menemukan hal yang aku lakukan seakan-akan seperti bernapas. Saat bertemu, aku akan lebih senang dari Jacko yang menghentak-hentak bersama para indian.

*Jacko, have a nice trip 😀 *