Ilmu 1 – Si Keju Basi

Pernahkah mendengar kalimat ini:

“Ilmu itu punya Tuhan dan diforward oleh manusia.”

Oke, kalau belum, sekarang kalian yang baca sudah dengar jadi ini adalah post perdana resmi yang mengumpulkan hal-hal yang aku pelajari dari orang-orang yang dipertemukan denganku. Tulisan ini akan aku kumpulkan di bawah kategori ilmu.

*Memang sebelumnya aku sudah menyatakan banyak tulisan mengenai kenalanku, tapi pada tulisan-tulisan ini ada rasa sentimentil tersendiri.*

 

Si Keju Basi

Seperti yang aku ceritakan beberapa kali, aku tidak dibesarkan di tanah air sendiri. Sejak 10 bulan aku dididik di negri Paman Sam, oleh karena itu mungkin ada beberapa hal yang menggelitik atau tidak lumrah untuk pembaca. Dan di antara hal menggelitik itu, mungkin adalah seorang anak di Pre-School yang aku ingat baunya tapi tidak namanya.

Anak itu aku ingat sebagai “Si Keju Basi” karena baunya seperti bau peternakan (bau kotoran sapi, susu basi, kotoran ayam) bercampur dengan ludah dan kotoran gigi. Ya seperti itulah bau Si Keju Basi. Karena baunya itulah, anak itu sering tidak mendapat teman bermain dan diejek-ejek dengan kata-kata yang pongah oleh anak yang baunya sendiri tidak terlalu harum.

Lalu karena aku adalah anak yang setengah bisu waktu kecil, si Keju Basi sempat menempel padaku. Antara, lebih baik punya teman bisu daripada tidak ada sama sekali dan adanya rasa aman karena aku tidak banyak berkomentar (padahal aku sendiri tidak tahan dengan baunya).

Anak itu, dengan rambut pirangnya yang tipis dan kusut berkata, “Danilah, you are my best friend.”

Yang sebenarnya berarti, “you are my only friend.”

Lalu untuk satu hari penuh, aku bermain dengannya. Tidak karena kasihan, tapi mungkin lebih banyak karena keengganan berkata, “You are really smelly, please take a bath.”

Lambat laun, aku tidak pernah diajak si Keju Basi bermain lagi. Kuperhatikan itu adalah karena dia sudah tidak bau lagi dan sekarang dia punya teman-teman baru.

Aku pun memandang dari kejauhan, dan berpikir, “Keju basi aja bisa jadi yoghurt kok gwa masih sunyi begini?” Tapi meskipun sempat terpikir begitu, aku tidak berusaha banyak berbicara, dan tetap menjadi anak sunyi untuk waktu yang cukup lama.

Aku sering berpikir pada saat diam, kita bisa mendengar lebih baik.

Tapi diam sebenarnya jauh berbeda dengan kesunyian.

Dan untuk waktu yang singkat, si Keju Basi sempat membuatku berpikir, “Apakah aku cukup nyaman dengan kesunyian ini?”, “Tidak maukah aku mengatakan keberatan-keberatanku dengan keras?”, “Tidak maukah aku mengatakan apa yang kuinginkan?”

Untuk beberapa tahun aku mempertahankan kesunyian sampai pada level yang tidak mungkin ditoleransi oleh orang kebanyakan. Banyak hal yang ingin kulakukan tapi urung kulakukan karena ada hal-hal lain yang dituntut dariku. Kegagalanku menangkap petunjuk untuk berpikir ulang membuatku kewalahan dalam beberapa hal, tapi itu bukanlah hal-hal untuk disesali.

Dengan kegagalanku, aku bisa dengan berani menyatakan bahwa banyak sekali kesempatan dan pertemuan yang membuatmu berpikir ulang tentang kemapananmu saat ini. Diperlukan kepekaan dan kejelian melihat hal-hal yang memasuki hidupmu.

Seperti yang dinyatakan dalam buku petunjuk yang sangat kusayangi, “Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?”

Nikmat petunjuk itu ada di mana-mana.

Ibu Sarjana Hidup

Setelah sekian lama tidak menulis, aku kembali menulis. Mulai melapor dari hal-hal kecil yang terjadi di dalam hidup. Salah satunya adalah di belakang namaku sekarang ada embel S.Si (Sarjana Sangat imut :p). Pada saat berpikir bahwa itu adalah awak di mana mungkin terjadi penemuan “lentera hati”, aku hanya berpikir bahwa itu adalah salah satu peristiwa dalam hidup.

Dalam cara yang pedih aku menemukan bahwa mempunyai embel-embel di belakang nama kita tidak berarti sedikitpun kalau tidak bisa menularkan kebahagiaannya.

Dan dengan bertambah panjangnya nama, kerahasiaan dan kesunyian dalam berkata menjadi semakin dalam seperti palung.

Pekerjaan yang disebut sebagai “lentera hati” oleh orang-orang kebanyakan terdengar seperti hal yang tidak penting olehku. Dengan mengetahui tidak pentingnya, entah kenapa panorama meluas. Seperti saat temanku bertanya, “Jadi sudah menemukan lentera hati di jurusan Farmasi?” Aku tersenyum dan menjawab, “Itu hanya kebutuhan.”

Lentera hati yang sesungguhnya, aku rasa tidak berada di sini. Ketika memikirkan tentang pekerjaan, aku merasakan kefanaan luarbiasa ketika menyadari dengan bekerja kita akan merasa puas dengan diri sendiri. Kepuasan selalu diikuti dengan keheranan.

Darimana puas ini? Kenapa saya bekerja? Kenapa saya senang dengan pekerjaan ini?

Jawaban semua pertanyaan selalu berujung kepada Misteri Agung.

Oleh karena itu, aku berpikir bahwa aku ingin bepergian. Aku mau keluar dari negri ini dan bersentuhan dengan kenyataan-kenyataan lain. Seperti salju dan kulit mengering pada musim salju. Atau bau rempah-rempah di antara corak-corak geometris. Atau keringat bercucuran di bawah tiupan angin laut yang asin.

Setelah menjadi sarjana yang imut, aku merasa bahwa aku perlu menjadi sarjana hidup.

Lalu hal lain yang ingin kulakukan adalah menjadi ibu. Ketika memikirkan menjadi ibu, aku merasakan kerinduan. Kurasa aku betul-betul ingin menjadi ibu.

^_^

Bisa tidak ya menjadi sarjana hidup dan menjadi ibu? @_@

Harta Manusia

Di hari keempat di bulan Ramadhan ini, aku terbangun dengan sedikit was-was. Masalahnya saat bangun, aku merasakan sakit yang menusuk, menjalar dari perut bagian depan sampai punggung sebelah kiri ketika mulai berjalan. Rasa sakit yang sangat aku kenali, yaitu rasa sakit yang kurasakan ketika hasil X-ray dan USG menunjukkan bahwa di ginjalku ada kerikil >_<.

Oh tidak! >_< Jangan lagi donk!

Padahal aku hanya minum 1 gelas kurang >_<. Pasti inti kristal kerikil di ginjalnya belum kebuang. Harusnya udah curiga pas olahraga, entah kenapa malah selalu buang air kecil padahal keringatnya dah banyak >_<.

Oh tubuh, ternyata dirimu menderita ya tidak bisa membuang inti kerikil kecil itu >_<. Cup cup cup, puasa ini kita perkuat dirimu ya ^^

Ah masalah kesehatan itu menyedihkan sekali -_-. Sekarang aku sering sekali mendengar masalah kesehatan dari kenalan-kenalan dekat. Rasanya berbeda kalau mendengar penyakit-penyakit yang ada di buku-buku farmakologi, diceritakan/diderita oleh kenalan yang dekat.

Penyakit-penyakit yang tadinya terdengar seperti pengantar tidur menjadi nyata.

Nyata memberikan perubahan pada kehidupan orang lain dan pada orang-orang terdekat yang dikasihi.

Tubuh manusia memang harta manusia yang berharga. Pinjaman paling mahal yang harus bisa digunakan pada saat sehat maupun sakit. Kukira, pada sehat tentu banyak hal yang bisa dilakukan tapi bagi yang bertubuh sakit, masih ada hal yang bisa dilakukan. Menurutku alangkah baiknya yang bertubuh sakit menceritakan tentang dirinya sendiri, pola hidup, riwayat keluarga, penyakit, dsb sehingga orang lain jadi lebih tahu tentang masalah-masalah kesehatan.

Terutama jadi bisa mensyukuri tubuh sehatnya saat ini atau bagian tubuh lainnya yang sehat.

*Banyak jalan menuju roma ^^*