Tembus Cahaya

Buat yang sering baca buku, pasti mengerti rasa sebalnya saat buku yang dibeli tidak menyertakan pembatas buku di dalamnya. Akhir-akhirnya kalau sudah begini pasti apapun akan dijadikan pembatas buku. Mulai dari bon sampai kertas bungkus makanan bekas suka digunakan di saat kepepet.

Kebetulan sekali, kemarin saat membaca The Silver Dream-karya Neil Gaiman, tidak ada pembatas buku di dalamnya.

Oh the horror!

Oleh karena itu, aku pertama-tama menggunakan memo bekas. Lalu karena sebal dengan betapa lembeknya si memo bekas sebagai pembatas buku, aku dengan reaktifnya membuat pembatas buku dari potongan tracing paper yang tidak terpakai. Lalu 1 pembatas buku menjadi 10 pembatas buku.

Itulah, aku memang sering terbawa keasyikan baru.

20140121_162722(depan)

20140121_162737(belakang)

Tapi aku menyukai pembatas buku yang dari tracing paper itu. Karena saat pembatas buku itu ditaruh menghadap cahaya, bagian belakangnya jadi terlihat. Agak filosofis kan, seperti: untuk melihat dua sisi suatu cerita kau harus memberikan “cahaya” pada cerita itu.

-nyaw, serahkan saja padaku, aku bisa membuat suatu pembenaran filosofis di balik tindakan obsesif membuat 1 pembatas buku menjadi 10 pembatas buku-