Verkade

Sebenarnya aku ingin sekali post kali ini adalah mengenai betapa bahagianya aku di tempat kerja yang baru. Tapi sayang sekali tidak seperti itu kejadiannya. Meskipun memang benar, aku hampir dan nyaris sekali resign dari status NEET untuk kembali menjadi formulator kosmetik di Tangerang. Tapi karena satu-dua hal, dengan sangat berat hati aku membatalkan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Padahal aku sudah mempersiapkan barang-barang satu mobil penuh karena bersiap memasuki mess pabrik itu, tapi ujung-ujungnya barang-barang itu ikut ngintip aja di Tangerang dan kembali lagi ke Bandung. Jujur, habis membuat keputusan melelahkan dan dalam tempo sesingkat itu, aku merasa sedikit suicidal. Kupikir bahwa akhirnya aku bisa kembali menjalani impianku sebagai formulator tapi ternyata belum saatnya.

Jadi sekembalinya ke Bandung dengan perasaan sedikit suicidal, aku pun menangis habis-habisan. Kalau menangis habis-habisan, pasti akan timbul sakit kepala yang seperti dipalu-palu. Kurasa habis menangis pun, seseorang bisa terkena hang over seperti habis mabuk-mabukan. Pikiranku berada di tempat-tempat yang aneh. Aku sedikit menyesal tidak menabrakkan mobil saat menyetir kembali ke Bandung, tapi kurasa bagus juga aku tidak melakukan itu karena bisa mencelakakan orang lain. Aku berpikir bagaimana kalau mengiris pergelangan tangan seperti di film-film, tapi aku berpikir betapa tidak bersih dan apiknya hal itu, sedangkan kebersihan adalah sebagian dari iman. Setidaknya menjaga kebersihan adalah hal yang dapat kulakukan. Lalu kupikir menelan pil cyanide terdengar menarik dan romantis, tapi lalu aku bertanya-tanya apakah pil cyanide salut gula atau tidak.

20140415_083343

Gula mengingatkanku mengenai kue rempah kesukaanku. Merknya adalah Verkade. Aku jarang-jarang menyukai kue kering, tapi kue Verkade adalah pengecualian. Aku menyukai rasa berempahnya dan potongan kacangnya yang memberikan rasa gurih bermentega. Kue Verkade berukuran setelapak tangan dan di atasnya ada cap. Capnya tidak satu macam, tapi ada 5 macam yaitu windmill, pasangan joget, silangan tanaman, ayam jago, dan gajah. Meskipun gramasinya sama, tapi capnya berbeda-beda.

Kupikir mungkin benar yang dikatakan seorang mas-mas botak padaku. Mas botak itu mengatakan bahwa sebenarnya semua orang punya jumlah rejeki yang sama tapi bentuknya berbeda-beda jadi seakan-akan jumlahnya berbeda. Misal seseorang sangat kaya tapi tidak punya teman setia atau sakit-sakitan. Atau bisa saja seseorang itu sangat miskin tapi tidak pernah sakit keras. Jadi dalam kata lain, bisa saja kau mendapatkan kue Verkade bercap ayam jago tapi temanmu mendapat kue Verkade bercap gajah. Karena bentuknya berbeda, akan muncul ilusi bahwa kue yang didapatkan berbeda. Padahal kalau memejamkan mata dan mencicipi keduanya bergantian, kemungkinan besar seseorang tidak akan membedakan apakah yang didapatkan cap ayam jago atau gajah. Satu-satunya hal yang bisa dipastikan adalah keduanya kue Verkade (dan kue Verkade itu enak sekali).

Jadi aku merapikan pikiran-pikiran yang buruk itu dan merapikannya ke dalam filing cabinet di dalam otakku dengan kategori, “Not Applicable” dan mengambil sebuah kue Verkade dari dalam toples. Aku mendapat kue Verkade bercap orang joget. Saat aku memakan kue itu, aku berkata pada diriku sendiri, “Yang ini pasti sama enaknya dengan yang cap gajah.” lalu mulai menilik-nilik lagi langkah apa yang bisa kuambil dalam hidup.

Langkah yang paling mudah saat ini adalah menulis mengenai manisnya kue Verkade. Terutama saat memejamkan mata.

-nyaw, menyukai kue Verkade dan berharap jangan sampai ada pil cyanide bersalut gula-

Almost 30 (Cinderella Story)

Apakah dirimu penggemar drama Korea?

Aku bisa disebut sebagai penonton setia tapi bukan penggemar yang baik (karena tidak hapal dengan aktor dan aktrisnya). Aku memang secara umum menyukai drama dengan cerita menarik.

Setelah beberapa kali menonton drama Korea, aku perhatikan sering kali ada adegan “kehilangan sepatu sehingga harus dipakaikan sepatu oleh sang aktor ganteng”. Kupikir itu adalah adegan yang terinspirasi oleh cerita Cinderella, Tampaknya bagi orang Korea, cerita Cinderella sangat romantis.

Aku sih sedikit kecut kalau mengingat tentang Cinderella. Itu adalah karena ceritaku agak lebih cocok untuk dijadikan script lawak Srimulat ketimbang drama Korea!

Cinderella Story-nyaw, karena ada Cinderella yang bisa lawak-

Life Oh Life

Your bitterness makes me awake

Your unexpected sweetness makes want for more.

-nyaw, bersyukur sudah kembali ke kehidupannya. Berdoa dengan keras tidak pernah lagi mendapat ide gila untuk mencoba mensimulasikannya-

Can I pretend that airplanes in the night sky are shooting stars? I could use a wish right now.

Did I do?

Habis ngopi di Kopo Progo, makan-makan bareng laila. Ngomongin banyak hal, dan karena orang tua kita selalu saja menanyakannya (karena seharusnya saat ini kita sudah merencanakan pernikahan), salah satu topik yang termasuk ke dalamnya adalah:

“Masa tidak ada yang ngecengin?” dan “Apakah memang tidak pernah ada?”

Karena kita punya waktu luang yang sangat-sangat banyak, jadinya kita menyebutkan nama satu per satu dan menyebutkan kemungkinan. Lalu astaga… sepertinya, sepertinya mungkin saja gwa punya cukup banyak 😦

Argh tidak….

Gwa memikirkannya berulang-ulang hari ini, dan gwa merasa sangat bersalah…. Berasa dosa banget.

Timbul pertanyaan,

Apakah gwa nge-flash cleavage waktu itu? Apakah gwa sering nyibak rambut? Apakah gwa sering “giggling” dan diartiin lain? Apakah gwa memberi signal yang salah?

Oh astaga…

Masalahnya adalah pernah ada suatu waktu, gwa sedang sangat menikmati segalanya. Gwa sangat suka bereksperimen dengan baju, whole look gwa, aksesoris, perawatan kulit, shampoo,model rambut. Gwa hanya menikmati segalanya tanpa banyak berpikir. Orang-orang akan berusaha ngajak gwa ngobrol, tapi gwa saat itu skeptis dan berpikir, “Oh dia kesepian dia perlu teman ngobrol”. Gwa menjadi social butterfly tanpa banyak memikirkannya.

Dan sekarang gwa jadi memikirkannya. Saat-saat gwa menjadi social butterfly dan dampaknya. Buat gwa secara pribadi adalah gwa jadi tahu betapa menyenangkannya ngobrol. Gwa suka ngobrol! Gwa juga saat itu berpikir ketemu jodoh gwa MM lewat ngobrol. Gwa juga berpikir bahwa banyak orang yang menarik setelah diajak ngobrol.

Tapi ternyata,

Tidak semuanya sekedar obrolan. Mungkin mungkin mungkin… beberapa ingin menjadi lebih dari sekedar teman. Lalu mungkin mungkin mungkin… gwa ngasih signal salah saat ngobrol. Mungkin gwa melakukan flirt atau dianggap melakukan flirt. Karena gwa tidak pernah banyak memikirkan apapun…. 😦

Guilt guilt guilt.

Sekarang gwa pakai jilbab dan terlihat tua, tidak menarik dan tidak berbentuk karenanya. Orangtua gwa membencinya. Tapi sekarang setelah gwa memikirkannya, gwa SANGAT SANGAT SANGAT menyukainya!

Karena gwa ingin orang lain benar-benar mendengarkan gwa.

Gwa tidak mau dikenang sebagai flirty.

Gwa mau meminimalisir kemungkinan orang lain sakit hati karena “salah tangkap”.

Mungkin ini semua sepertinya kenarsisan dan ke-GR-an raksasa. Selalu saja ada kemungkinan bahwa aku mengkhayalkannya. Tapi gwa gak mau ambil resiko.

Gwa harap jilbab ini bisa menutupi aurat gwa dan membantu gwa memperlihatkan diri gwa yang sebenarnya di luar sana.

-nyaw, renungan malam, berharap dirinya memang GR dan kelewat narsis-

Knowing

Karena iseng-iseng, aku punya buku cara membaca wajah. Sebenarnya nggak iseng banget, tapi suatu tindakan sadar untuk mengira-ngira perilaku orang, jadi bisa lebih mawas dan tidak terlalu polos sendiri. Yang aku suka dari buku itu adalah di pembuka, penulisnya bilang kalau dia menggunakan ilmu baca wajah untuk dirinya sendiri. Karena sudah bisa membaca diri sendiri, setiap kali dia down atau gelisah dia cukup mengelus bagian wajahnya dan bilang “Ini adalah karena alis/kuping/dsb bawaanku…, sabar….”

Maklum kayak gitu, sangat membantu. Kalau ingin diterima seseorang, pastikan orang yang menerimamu 100% adalah diri sendiri. VVIP 😀

Jadi ngomong-ngomong tentang mengetahui dan menerima diri sendiri. Belakangan ini, aku tidak melakukan hal itu dengan baik. Aku bahkan kehilangan semua bakat dalam sekejab mata. Ngegambar, nulis, formulasi, hampir-hampir tidak bisa melakukan itu semua (lihat saja tulisan-tulisanku yang belakangan tidak berstruktur). Tidak bisa melakukan semua itu, rasa-rasanya mencekik. Sama seperti tidak bisa bernapas, asma akut.

Bagiku, berkarya adalah napas.

Jadi karena aku punya masalah pernapasan, aku berlatih yoga. Sekarang in aku secara berkala berlatih untuk bernapas lancara, dan berusaha tidak menahan napas saat membaca email meresahkan di kantor.

Tapi terutama, aku saat ini sedang belajar untuk tidak merasa malu.

Ya kurasa aku merasa malu berat sampai merasa payah untuk melakukan apapun.

Sepertinya perasaan malu itu berasal pasca putus. Aku merasa malu bahwa saat aku frustasi dan depresi ingin menghabiskan seumur hidup sama orang yang aku cintai, orang itu ragu-ragu karena kelakuanku. Aku juga merasa malu saat aku ingin mengobrol dengan teman karibku (mantanku juga), dan mengejeknya itu membuatnya semakin yakin untuk meninggalkanku dan mencari orang lain.

Kurasa aku malu karena saat itu, orang yang kucintai tidak mengerti diriku dan melakukan backhand breakup untuk memastikan semuanya berakhir.

Kurasa aku harus berhenti untuk merasa malu. Sangat ingin dicintai kurasa gak salah. Mungkin orang lain melihatnya sebagai keputusasaan, tapi mereka cuman orang lain. Orang-orang yang benar-benar karib, tidak akan pernah membuatmu merasa malu, mereka malah akan tersanjung dan mencari tahu lebih banyak tentangmu tanpa memberi penilaian sepihak tanpa klarifikasi.

:p

Jadi saat ini, aku masih menangis tiap malam karena aku susah lupa hal-hal menyebalkan. Aku berusaha menulis lagi. Rencananya adalah aku ingin membuat cerita super panjang lagi sebagai proses penyembuhan, seperti saat aku menulis “Putri Standar” (itu adalah tulisan mengenai diriku yang paling mirip denganku, meskipun bentuknya dongeng). Aku belum pede sampai sekarang untuk menyentuh pensil, masih gemetaran, aku akan terus berusaha! Formulasi sih mau gak mau dilanjutkan, kurasa aku dapat formula shampoo yang menarik. Dan tidak lupa, saat ini aku beryoga dan berlatih pernapasan.

Saat aku merasa malu, aku akan ingat twit yang mungkin bagi orang lain sampah

#ZodiacFacts All Astrologers agree that #Scorpio is the sexiest of all zodiac signs, which may be why they are so desperate to find love

#ZodiacFacts #Scorpios are very emotional people who need love, crave, fight, and ask for it

Kupikir saat melihat twit ini, “Siapa sih yang ngga?” Tapi kemungkinan besar, karena dijadikan kalimat khusus, ada sekelompok orang di luar sana yang lebih mementingkan suatu aspek hidup daripada yang lain. Karena kebetulan aku termasuk sekelompok orang itu, aku tidak terlalu malu untuk bilang, “Aku mau dicintai.”

Sejujurnya aku belum sampai tahap pemilih. Katanya seseorang harus menjadi pemilih agar tidak disia-siakan. Masalahnya adalah mungkin aku agak gampangan/sederhana.

Semua penilaian ada di persepsi Anda.

-nyaw, malam-malam nulis blog abis gak bisa tidur karena nangis mulu, sekarang ngantuk-

Terimakasih Penonton!

Lagu ini dipersembahkan untuk gwa sendiri. Jangan lupa untuk menghormati acaranya, peristiwanya, kehebohannya, sorak sorai, dan ingatlah bahwa itu hanya satu di antara pertunjukan lainnya, dan asal tahu jangan lelah penonton karena akan ada pertunjukan-pertunjukan berikutnya. Take a bow!

Take a bow the night is over this masquerade is getting older. Lights are low, the curtains down, there’s no one here. Say your lines but do you feel them?Do you mean what you say when there’s no one around. Watching you watching me, one lonely star! (you don’t know where you are)

I’ve always been in love with you. I guess you’ve always known it’s true. You took my love for granted why oh why. The show is over say goodbye….

Wish you well, I can not stay. You deserve a reward for the role you play.

say goodbye…..

How was I to know the way the story goes?

.

.

.

lanjut! Karena….

“for you love was a game, for me love is losing game….”

-Kolaborasi Madonna (take a bow) dan Amy Whinehouse (love is a loosing game)-

Niat (mencari) Emas

Beberapa hal belakangan ini membuatku nostalgic. Jadi ingat pertama kali berkata pada diri sendiri,

“Manusia itu memang tidak bisa diharapkan sama sekali” – dz, umur 6 1/2tahun tahun-

Lalu bagaimana seorang gadis kecil bisa kehilangan harapan seperti itu? Nah ceritanya begini;

Saat umur segitu, seperti yang sudah ditulis dalam post sebelum-sebelumnya, aku tinggal di negri Paman Sam. Kebiasaan orang sana adalah membesarkan hati anak-anak dengan berkata, “Saya tahu bahwa kamu orang yang hebat dan punya banyak potensi.” Tapi terkadang, ucapannya tidak persis seperti itu, kadang-kadang oleh orang yang tidak sadar, ucapan itu menjadi, “Saya membantu kamu karena saya yakin kamu orang hebat penuh potensi.”

Lalu karena ucapan yang seperti itu, aku menjadi tidak percaya dengan kebaikan hati orang lain. Aku berpikirs karena diembeli-embeli dengan “hebat” dan “penuh potensi” dia menjadi orang yang baik. Bagaimana dengan berbuat baik karena tidak ada alasan hanya karena merasa perlu melakukannya? Kurasa itu sudah barang basi. Lalu bagaimana dengan anak-anak yang apapun yang kita lakukan tidak ketemu juga kehebatannya? Apa semua kebaikan itu berubah menjadi penyesalan?

Pada orang yang mengucapkan kalimat itu, aku hanya melotot.

Sekarang setelah hampir 23 tahun, aku berpikir bahwa yang seperti itu memang sudah fitrah. Niat emas sebenarnya Niat (mencari) emas. Apalagi pada Pak Yo yang bilang, “Lintang cuman 1, tapi di Papua saya ketemu 10 Lintang” tiba-tiba aku menjadi sangat tidak respek.

Apa kalau anak itu bukan Lintang, kita akan memalingkan muka?

Apa kalau tidak punya harapan dia adalah Lintang, kita akan memalingkan muka?

Apa karena mungkin di luar sana ada Lintang, kita harus membangun daerah terpencil?

Apa karena sebuah standar, kita musti baik?

Sejak umur 6 1/2 tahun, ketakutan bahwa suatu hari akan dibuang masyarakat karena tidak “hebat” atau “potensif” menghantuiku. Pada waktu ke waktu, ketika aku merasa ketakutan, aku akan ingat ajaran tua, “Jangan harap pada makhluk, harap hanya pada Tuhan.”

Tuhan memang sangat mengerti kita semua.

Allahuakbar.

Tapi apakah ajaran niat (mencari) emas akan selalu diteruskan dari generasi ke generasi? Kalau seperti itu bisa-bisa spesies kita habis hanya karena sebuah ‘ide’.

Tidak pernah terpikir olehku, bahwa membunuh seseorang karena sebuah ‘ide’ itu halal.

Apalagi ide-nya bengkok! :p

Highest Chakra

Kemarin lusa iseng-iseng menonton siaran ulang “Aang, The Legend of The Last Avatar” (betul tak nih judulnya btw). Episodenya adalah tetang Aang yang membuka semua chakra-nya agar bisa membuka kekuatan avatarnya. Tapi Aang gagal karena tidak bisa membuka chakra tertingginya. Chakra-nya adalah sesuatu tentang energi kosmis dan cara membukanya adalah dengan melepaskan diri dari masa lalunya dan kehidupan duniawinya. Saat itu Aang hampir melakukannya tapi dia memilih untuk tidak membuka chakra itu.

lalu

Bak!

Episode itu seakan-akan menjadi sebuah pukulan bagiku. Aku juga, seperti Aang, akan gagal membuka chakra tertinggi itu. Padahal bo, kalau chakra-nya terbuka, akan menerima energi kosmis loh! Gila, rugi kan kalok gak bisa melepaskan diri.

Tapi begitulah, itu pekerjaan yang sulit banget.

Meskipun di “Buku SOP” kita udah jelas-jelas tertulis, “yang dimiliki saat ini bisa jadi semacam pengalih perhatian dari hal yang lebih penting”, aku tetap merasa sulit membuka ke tempat yang paling tinggi itu. Aku berkali-kali membaca ayat itu, tapi sepertinya mata tuh buta, otak goblok, dan hati tuh terkunci rapat.

Karena sedang seperti itu, aku merasa kesal dan tidak bisa tidur. Aku merasa lemah dan tidak tenang.

Lalu pada saat yang berdekatan, seorang kenalan menikah. Dia sangat cantik, dan sudah berhubungan lama dengan seseorang tapi berakhir menikah dengan orang lain. Logika aku mengetahui bahwa kejadian seperti itu biasa terjadi. Bahwa bisa saja kita menikah dengan orang lain tidak lama setelah berhubungan dengan orang lain. Tapi hati aku berteriak-teriak karena tidak bisa menerima hal seperti itu.

Dan itu salah kan.

Maksudnya, perempuan itu dicintai bukan mencintai, jadi harusnya bersikap lebih ringan hati.

Tapi mungkin aku punya terlalu banyak testosteron, jadi aku merasa kesulitan menerima kejadian sehari-hari seperti itu. Di dalam hati aku tidak punya kekuasaan menyakiti hati diri sendiri, orang lain lalu mengatakan dengan seenaknya, “Tuhan, nih urus kerjaan kotornya. Pokonya aku ibadah aja.” Aku belum bisa menerima melakukan hal seperti itu.

Mungkin kedengerannya terlalu negatif, mungkin tidak selebay itu.

Tapi itulah artinya kejadian kenalanku menikah itu.

Bagiku seperti itu.

Dan aku menjadi merasa crappy karena harusnya bisa membuka chakra paling tinggi dan lebih ringan hati dan bisa menerima kejadian apapun dengan hati terbuka.

Tapi tidak. Aku kaku seperti beton jembatan Suramadu.

Aku tidak pernah bisa benar-benar menerima kejadian itu sampai pada akhirnya aku tidak datang ke pernikahan itu karena tidak bisa mendoakan kebahagiaan kenalanku dengan tulus. Di dalam hati, aku merasa berbagai macam perasaan bercampur aduk. Perasaan-perasaan yang kotor. Marah, sedih, iri, frustasi, takut. Aku jadi bingung hingga aku memutuskan bahwa aku tidak bisa mendoakan kebahagiaan pasangan suami istri baru itu.

Di dalam hati, aku tidak tahu apa aku ingin mereka bahagia. Kenapa mereka harus bahagia kalau memulai dengan cara seperti itu?

Bukankah itu menyedihkan.

Tidak bisa berdoa dengan tulus.

Aku merasa perlu melepaskan diri dari keheranan-keheranan kecil dan mulai menerima hal-hal lebih besar.

Tapi di lain sisi aku merasa akan gagal melakukannya. Aku sangat jahat sampai tidak bisa mendoakan kebahagiaan orang lain. Bagaimana mungkin orang jahat kayak aku bisa membaca “Buku SOP” dengan baik?

“Ohhhh…. Jangan menyerah baby, jangan menyerah….”

-Bismillahirahmanirahim, dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang-

Proses Menuju YAK!

Tiba-tiba merasa mual.

Tadi lagi iseng baca macam-macam di internet, ketemu tulisan teman tentang alasan pengharaman babi dalam agama Islam. Artikel bagus tapi sesuatu membuatku mual. Temanku mengutip sebuah ayat yang menyebutkan hal-hal yang diharamkan, dan di rentetan ayat itu disebutkan bahwa “mengundi” itu haram.

Astagfirullah. Aku suka tuh mengundi kalau dah bingung banget. Seperti saat kemarin aku mengambil keputusan untuk KP di RS, aku memakai undian koin. Matilah. Mual langsung.

Salah sendiri sih. Dah tau jadi bagian umat yang berpikir, kok malah suka melakukan hal-hal yang tidak melibatkan otak ~.~

Doa, Pikir -> pilih -> berani -> keputusan

Njiss, tolol kali awak ini ~.~ Gitu aja lupa.

Powerbaby

“Si danz mah aneh!”

Itu adalah sebuah pendapat yang dilontarkan oleh kenalanku di SMU. Sekarang laki-laki yang memberikan pendapatnya tentangku, sejurusan dengan MM. Bukankah dunia cukup gila! Ironisnya, aku selalu mengira dirinya lah yang aneh. Talking of irony… :lol:. Bagaimanapun, terimakasih atas pendapatnya, good job bro!

Saking good job-nya, atas dasar pendapat itu, aku mendapat sebuah ceramah panjang tentang ‘cewek-cewek doyan nge-net yang saking bukan powerbaby-nya  jadi mencari eksistensi di dunia maya’ oleh seorang teman yang gemar beranalisa. Memang sebuah percakapan yang terjadi lebih dari 1 tahun lalu, tapi boi, tidak ada yang bisa melupakan dengan mudah seseorang mengatakan bahwa kamu adalah seorang non-powerbaby. Karena itu membuatmu bertanya, berapa banyak orang yang diperlukan untuk membuatmu merasa tidak ok. Dalam kasusku, aku akan bilang tidak sedikit. Membuatku bertanya lagi, hello… kenapa banyak ya? Apakah aku begitu sulit berubah atau sebenarnya aku powerbaby tanpa menyadari. Kalau aku adalah seorang powerbaby, powerbaby macam apa dan apa yang harus aku lakukan.

Terlalu banyak pertanyaan dan aku memutuskan untuk tidak memikirkannya, atas dasar kasih sayang. Aku sayang otakku, oleh karena itu dia tidak perlu banyak berpikir. Nyahahahaha… 😆

Tapi sekarang aku tahu, aku jelas-jelas bukan powerbaby. Aku bukan Shana Fatina, sosok terkuat perempuan pertama KM-ITB. Aku bukan Asih Nurul Said Jenie, cumlaude-dobel kuliah-supel. Aku juga bukan Ratu Tisha, bersemangat dan tahu apa yang dia inginkan dan selalu mendapatkannya. Aku juga berharap kalian jangan pernah berpikir bahwa aku adalah laila hanya karena aku berteman akrab dengannya.

Aku akan menegaskan bahwa aku adalah danz. Lalu siapa dia? Dia adalah cewek yang suka menyahut di kuliahan tapi mendapat nilai yang tidak terlalu bagus di akhir semester. Dia suka makanan yang menggemukkan, dan mudah sekali tertidur, bahkan suka ngiler saking seneng tidurnya. Dia tidak pandai berorasi, jadi jangan terlalu memaksa dia untuk berbicara. Dia adalah orang yang akan berpikir “Wow akan hebat melukis itu, atau mencoba melakukan ini.” lalu tidak melakukannya karena bisa ‘dilakukan lain kali’. Dia suka menunda beberapa hal, tapi tidak sabaran soal keluarga, teman, dan orang-orang yang dikasihi. Dia juga suka bernyaw-nyaw, yaitu melakukan hal-hal biasa dan mendapatkan arti hebat darinya.

Tapi selalu ada konsekuensi dari bernyaw-nyaw. Kau harus membiarkan orang lain mengatakan APAPUN tentang dirimu. HARUS. Meskipun itu tidak benar, dan mungkin orang di hadapanmu bukan membuat penilaian tentang dirimu tapi tentang dirinya (percayalah, ada saja hal seperti ini), kau harus membiarkan orang itu berbicara. Kenapa tidak? Dia punya beberapa ide yang bagus, seperti temanku yang punya ide bahwa seorang powerbaby itu pasti eksis di dunia nyata.

Ironis,

karena semua perkataanmu akan berbalik padamu. Seperti pada kenalanku itu. Aku benar-benar berpikir dialah si aneh. Ternyata kita saling menuding keanehan masing-masing. Lalu aku berpikir, itu memang tidak penting ya. Tapi lalu ternyata menjadi penting karena berentet pada tudingan-tudingan lain.

Ini namanya butterfly effect bukan ya?