Ventilasi

Resolusi tahunan itu sebenarnya membingungkan. Selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau tidak melakukannya dalam satu tahun ini? Entah, mungkin sedikit depresi ya, tapi ya sudahlah. Nah karena aku bingung dengan resolusi, aku memfoto sesuatu yang ingin dilakukan (secara general).

Ini adalah foto jendela. Iya jendela.

Jadi maksud dari jendela itu adalah, aku ingin memperbaiki “ventilasi hati” (cailaaahhhh eta bahasa….). Alasannya simpel sih sebenarnya, jadi ceritanya begini:

Selama 1 tahun-an yang kemarin, aku merasa bahwa hidupku kacau sekali (secara mental). Semua orang bilang itu galau, dan itu tidak baik. Tapi aku berpikir bahwa mereka memang malas mendengar saja (sampai sekarang aku masih berpikir seperti itu, tapi aku juga mengerti karena hidup mereka sendiri pun pasti pelik). Lalu, di tengah “kekacauan”, aku mengobrol dengan temanku yang selalu bersedia diajak ngobrol tentang apapun. Entah berawal dari apa, tapi menjelang di akhir dia bilang bahwa aku sudah berubah menjadi “judgemental bitch”.

*Tentu saja dia gak bilang “judgemental bitch”, itu hanya untuk menitikberatkan situasinya saja*

Setelah dia mengatakan pendapatnya tentangku, aku menjadi sedikit kesal. Kesalnya adalah karena aku ini memang selalu men-judge. Setiap orang kan memang punya penilaian terhadap apapun!

Tapi,

Setelah sekian lama pembicaraan itu berlalu, aku memikirkannya, dan memang benar aku ini sudah menjadi judgemental bitch dalam artian tidak sehat.

Sudah berbagai metafora yang diberikan bagi hati, dan aku akan memberikan satu lagi. Itu adalah “ventilasi/jendela”. Jadi hati itu seperti ventilasi bagi jiwa. Dia adalah penghubung dengan dunia luar. Kadang dia tertutup. Kadang dia terbuka lebar. Kadang dia membuka secukupnya saja.

Nah, kupikir, aku tidak menggunakan ventilasi dengan baik. Sepertinya aku selalu menilai-nilai “angin” yang akan lewat dengan penuh curiga. Itu adalah hal yang tidak sehat, karena itu disebut sebagai perbuatan buang-buang waktu dan tidak tepat saja. Belum-belum juga angin berhembus, eh harus bermacam-macam rintangan dilewati. Sungguh merepotkan

Jadi begitulah tentang ventilasi. Maafkan racauan panjang ini. Sulit menyingkatnya menjadi tulisan yang super padat dan informatif. *penulis aja lelah ini*

-nyaw, huuuu haaaaa huuuu haaaaa-

PS:

Kalau kalian ingin tahu bagaimana kabar temanku yang diceritakan di atas, dia itu sedang sibuk dengan hidupnya. Tampaknya banyak hal yang harus diselesaikannya. Ingin membantu, tapi sepertinya ini adalah hal yang ingin diselesaikannya sendiri. Aku yakin dia akan bisa menyelesaikan semuanya!

–> Foto untuk 30 Days of Life Images

Perspective to The Sun

Tahun 2012 diawali dengan hujan. Tapi sebenarnya sebelum hujan, matahari sudah mengintip dari balik awan-awan yang membawa hujan itu. Tampang matahari adalah seperti ini kawan:

(Ini adalah matahari seandainya aku adalah kelinci yang mendongak dengan penuh rasa penasaran *diambil sambil berjongkok*)

(Ini adalah matahari seandainya aku adalah anjing herder *diambil sambil berlutut*)

(Ini adalah matahari yang dilihat perempuan tinggi kurang dari 160 cm *berdiri*)

Ternyata, hal yang sama kalau dilihat dalam sudut berbeda, kelihatan beda-beda. Kalau manusia yang berjongkok seperti si kelinci mungkin akan bertanya-tanya, “Matahari bukan ya…? Ahhhh silauuuu….! Kenapa kenapa pagarnya tinggi!”. Kalau si anjing herder mungkin akan melihat matahari dengan, “Matahari! Wow wow! Tapi harus lewat pagar, rumah, gunung lalalalala. No problem, I still can see the horizon!”. Sedangkan si perempuan karena berdiri akan bilang ,”Wow matahari, dia di sana. Screw you, I see the sun!”

Jadi,

Ada berbagai cara melihat tujuan, taruhlah dirimu di posisi yang tepat kawan.

Ada saatnya berjongkok mengintai hadiah, berlutut bersiaga berlari, atau berdiri dengan cueknya.

-nyaw, 2012 tampak menarik-

Tulisan ini ditujukan untuk pemenuhan tantangan dari 30 Days of Life Images January Challenge. Tolong kunjungi blog mereka yang menarik di sini untuk informasi lebih lanjut.