Si Nyaw dan Jilbabnya

Sekarang aku pakai jilbab, tapi aku kok gak merasa berbeda yak? Aku masih menyetir dengan serampangan dan masih shalat mepet waktu.

Apa bedanya aku yang berjilbab dan aku yang tidak???

Kurasa tidak ada.

Karena berada di dalam lingkungan di mana mayoritas cewek-cewek berjilbab, di sela sana sini suka ada komentar dari cewek-cewek itu tentang pakaian seksi. Seperti, “Ikh, kebuka banget” atau “Ikh murahan” atau semacamnya. Kadang bisa juga sampai ngatain “Bitch”.

Karena mereka berjilbab, aku malah makin tidak merasa perbedaan jilbab dan nonjilbab. Toh cewek yang pakai jilbab masih menghakimi orang lain hanya lewat penglihatannya. Tahvava kan.

Jadi berpikir,

kalau aku seorang laki-laki, dan ingin memilih perempuan baik-baik sebagai istri, itu pasti pekerjaan yang sangat-sangat sulit. Karena ternyata cewek yang berjilbab di luar tidak semua berjilbab di dalam.

Humm, apakah karena aku tidak bertambah baik setelah pakai jilbab, itu menjadikan aku seorang penipu?

-nyaw, merasa menipu orang lain lewat penampilannya. Sedih-

Lomba Gambar apa Lomba Kemarahan?

Lagi asyik lembur cari info tentang sabun batang pas asal klik klik klik pencet mouse, dan gak sengaja ketemu website yang ngadain lomba gambar Muhammad.

Cukup kaget pas baca komen-komennya, penuh kemarahan, penuh caci maki. Jadi bertanya-tanya, mereka yang ngikutin lomba itu sadar apa nggak ya kalau mereka g ngikutin lomba sebuah lomba gambar, tapi ngikutin lomba kemarahan?

Kok, mereka punya waktu dan energi yang cukup sih untuk ngikutin lomba kayak begitu?

Ternyata, tidak seperti yang orang lain pikirin, bahwa sekarang orang-orang terlalu sibuk dalam dunianya sendiri, terlalu “introvert”. Sekarang aku malah berpikir sebaliknya. Sekarang semua orang terlalu sibuk merecoki hidup orang lain dan tidak cukup sibuk merecoki hidupnya sendiri.

-nyaw, dan mereka bilang saya kurang kerjaan, hoh???-

Bola Bulu

Udah pernah cerita belum ya,

Perlu diketahui adalah aku adalah sebuah “bola bulu”

Jadi ada bulu di tangan, kaki, punya cambang rhoma irama dan bulu-bulu halus di sekitar tempat lainnya. Ternyata banyak perempuan keturunan “etnis” yang bernasib sama, tapi karena mereka tinggal di Indonesia, tidak ada yang memperhatikan, betapa menderitanya hal itu terutama saat harus memakai seragam sekolah.

Seperti… ayolah… rok span??? Maksudnya apa cobak!!!

Karena biasanya pada awalnya aku berpositif thinking, aku mencoba membuktikan bahwa “bulu itu normal” dengan memakai rok span saat kuliah. Tapi aku mendapat banyak tatapan aneh pas lagi nangkring dengan cueknya (iya betul, buluku cukup jelas apalagi kulitku pucat). Tatapan aneh itu tentu saja bertambah saat hujan/udara dingin karena bulu-bulunya jadi pada berdiri! :lol:.

Tapi aku benar-benar memutuskan berhenti memakai rok span saat kecengan temanku memandang bulu-bulu betisku cukup lama. Kurasa dia merasa ngeri ada perempuan yang lebih berbulu.

Well btw…

Sebenarnya aku sangat menyukai rok-rok mini. Karena ibuku kasihan padaku yang ingin memakai rok, aku diajak ke dokter kulit yang bisa menyediakan jasa laser bulu. Setelah berkonsultasi dengan si dokter dan diyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku dan ibuku hampir saja menyetujui appointment untuk laser bulu ketika tiba-tiba saat mendaftar, si resepsionis bilang:

“Aduh, kenapa dilaser? Lucu kok.”

HAH!!!

Bayangkan, seorang pegawai kecantikan tiba-tiba kesetanan dan bilang bulu-buluku manis! Humm… pasti ada yang salah dengan pencabutan bulu ini….

Jadi akhirnya aku memutuskan untuk tidak melaser bulu-buluku. Meskipun cukup memalukan hidup berbulu dan kadang-kadang aku mengeluh tentang si bulu-bulu. Tapi kurasa mereka cukup OK karena saat digigit nyamuk, aku jadi tahu mereka mendekat sebelum hinggap.

:p

Meskipun udah mengambil keputusan tentang bulu itu, aku tetap ragu-ragu tentang lampu di malam pertama.

Nyala atau mati (?)

-nyaw, bingung dengan jaringan listrik-