Almost 30 (True Love Form 1)

Ini adalah cuplikan sebuah status FB;

status supretmen

Kalau menyimak dari status itu, manusia itu secara umum tidak mengetahui keinginannya dan juga bisa dibilang trend saat ini adalah “ketidaksempurnaan itu sempurna” (karena toh Anda sendiri tidak sempurna).

Tapi pertanyaan sebenarnya adalah, pada titik mana sih Anda menerima?

Tak perlu dijawab, tapi cukup dipikirkan untuk masing-masing saja.

Ngomong-ngomong tentang persepsi, berarti persepsi mengenai “cinta sejati” itu macam-macam (btw, tidak, saya tidak mau membahas cinta sejati itu cinta pada Tuhan ya, dalam konteks ini adalah cinta eros tentunya). Salah satunya adalah “cinta itu pengorbanan”. Salah-salah berkorban untuk sebuah kemenangan, malah Anda sendiri yang jadi korban (Peace ah!)

True Love Form (1)-nyaw, almost 30-

Almost 30 (Jobhunters Gonna Crawl)

Tidak perlu menjadi spiderman untuk meningkatkan kepekaan seseorang. Cukup dengan menjadi seorang jobhunter, maka kepekaanmu akan meningkat 1000 kali lipat. Setiap dering telepon, setiap getaran HP, setiap dentingan tanda sms atau notifikasi e-mail seakan-akan menjadi suatu bahtera hidup.

Adakah yang mau mencoba menjalani jobhunting sekali lagi? Wakakakaka lebih baik tidak mencoba lagi kalau tidak terpaksa. Buat yang menjadi jobhunter, selamat mencari dan semoga sukses.Seperti jodoh, dia ada kok di luar sana 😉

Jobhunters Gonna Crawl-nyaw, almost 30-

Not Yoda You Are

Sepatutnya aku mensyukuri feedback apapun yang datang kepadaku. Bahkan feedback yang paling randomn sekalipun. Tapi ada kalanya feedback itu terasa membingungkan. Feedback yang membingungkan adalah feedback yang diberikan tanpa intro, tanpa latar belakang masalah. Seperti kemarin, tiba-tiba saja seseorang memberikan feedback bahwa “Kamu jangan berhenti berharap dan teruslah bergaul.” Karena aku adalah orang yang error di saat kebingungan, yang muncul di otak malah:

“Yoda, anda kah itu?”

Kiat Sukses

Karena Yoda, tidak seperti Jokowi dengan kebiasaan blusukan (aka softflooring), tidak akan melakukan peninjauan langsung ke lokasi masalah. Karena Yoda, tidak seperti Jokowi menyerahkan penyelesaian masalah kepada “energi semesta”. Karena Yoda, tidak seperti Jokowi adalah makhluk yang sama mistisnya dengan unicorn.

Feedback yang tidak diikuti softflooring bisa dibilang nonsense.

(Karena kita punya para motivator untuk melakukan hal itu)

-nyaw, tiba-tiba dianggap apprentice Yoda rupanya?-

Almost 30 (High Expectations)

Mengobrol dengan seorang teman lama dan saat dia menanyakan apakah aku sudah mendapatkan pekerjaan lagi, aku langsung bercerita bahwa aku belum mendapatkan kabar apapun dan entah sampai kapan akan mendapatkan kabar. Mungkin temanku itu merasa bahwa aku sedikit drama queen dalam menghadapi situasi dan kondisi yang saat ini sedang dihadapi sehingga dia mengeluarkan statement, “Masih banyak yang keadaannya lebih buruk.”

Memang benar.

Jadi aku memutuskan untuk menggambar comic strip untuk menyalurkan sisi drama queen-ku. Judul comic stripnya adalah “Almost 30- High Expectations”.

High Expectations-nyaw, almost 30-

Wawancara Itu

Habis mengobrol dengan Muthe dan tentang adiknya yang sedang berkeliling mengikuti berbagai wawancara kerja. Aku benar-benar empati karena aku juga sedang kembali ke tahap hidup yang sama dan sampai sejauh ini untuk mendapatkan satu wawancara kerja saja sudah susah.

Muthe lalu bercerita bahwa banyak spekulasi tentang keberhasilan wawancara kerja adiknya, ada yang menyebutkan bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan itu karena dia sudah menjawab terlalu jujur pada HRD. Kupikir ada kemungkinan itu memang terjadi, karena beberapa orang ingin mendengar sebuah versi luar biasa dari hidup seseorang dalam waktu beberapa menit saja. Padahal sih singkatnya, kebanyakan hidup orang berjalan seperti ini: “I fucked up, and now I prefer not to. That is why I will nail this job.” Tapi tentu saja versi seperti itu tidak terlalu enak didengar. Kita harus bisa menggambarkan passion, kekuatan manusia, dan hal-hal luarbiasa lainnya.

Mengikuti sebuah wawancara kerja, adalah salah satu hal yang sangat membuat stress. Tapi tidak dipanggil wawancara kerja lebih-lebih membuat stress. Saking hebatnya sebuah wawancara kerja, bahkan sebuah jawaban tolakan itu luar biasa, karena kebanyakan pewawancara kerja tidak akan menjawab apakah yang diwawancara atau tidak. Tiba-tiba saja 1 bulan sudah berlalu dan posisi yang diincar sudah terisi.

good guy employer(sumber: sebuah post di 9gag.c0m)

Kadang kupikir, memang semua orang kalau sudah ada suatu perusahaan itu sangat sibuk dan sebagainya. Tapi apa salahnya untuk memberikan sebuah feedback pada yang diwawancara. Toh, perusahaan-perusahaan sudah banyak yang membuat kebijakan mengenai keterbukaan kebijakan manajemen dan tujuan perusahaan, dsb (CSR misalnya). Tapi kenapa terkadang, kupikir, banyak juga pegawai yang tidak merasakan semangat keterbukaan suatu perusahaan.

Mungkin memang terlalu banyak yang terjadi. Mungkin ada pikiran, “Siapa yang sempat menjawab 1000 pelamar kerja? Perusahaan kita fabulous.”

Masalahnya, perusahaan yang fabulous akan mengingat hal sekecil apapun. Jadi ada kemungkinan perusahaan anda itu agak sucks.

-nyaw, hanya memberi sebuah renungan-

Kencan Buta (Untuk Usia Tertentu)

“Kenapa sih lu selalu melakukan hal-hal yang paling randomn?”

Itu adalah pertanyaan dari Mey-chan saat aku menceritakan bahwa aku mengikuti sebuah ajang “Speed Dating”. Aku cuman bisa menjawab dengan “Entahlah, aku tidak terlalu memikirkan sesuatu. Kurasa itu juga sebuah langkah klasik buat cewek single.”

Perasaan “tidak terlalu memikirkannya” itulah yang melandaku saat aku mendaftar untuk mengikuti acara  “Speed Dating” itu. Perasaan itu juga yang melandaku saat mengajak teman baikku Rie-chan untuk mengikuti acara tersebut. Perasaan itu juga yang aku sesalkan saat on the spot dan mengetahui bahwa itu adalah sebuah acara temu lajang usia tidak siap menikah (18-22 thn) untuk mengangkat sebuah cause “Say No to Free Sex”.

Aku dan Rie-chan hanya bisa membuat sebuah mimik muka mesem-mesem.

Pada saat itu aku merasa tidak menjalani hidup aku sendiri, tapi lebih seperti tiba-tiba terjerumus dalam film komedi sarkastis tentang kehidupan wanita lajang seperti “The Bridgitte Jones Diaries”. Lalu meskipun cause yang diangkat itu cukup baik yaitu “Say No to Free Sex”, aku saat ini berada dalam usia yang tidak bisa relate dengan keinginan untuk celibate hingga “waktu yang tepat”.

Karena logisnya ini adalah “waktu yang tepat” untuk mengambil sebuah langkah drastis.

Lalu aku merasakan sedikit rasa bersalah saat pembicara acara itu di penutupan membuat sebuah pidato pendek bahwa “… saat akan melakukan hal itu, coba pikirin anak lu. Melihara binatan peliharaan aja gak becus, apalagi bayi.”

Aku merasa bersalah karena aku merasa bosan. Aku merasa bosan mendengar laki-laki yang bilang “Bayi itu gak gampang diurusnya”, “Bayi itu tanggung jawab besar”, “Bayi itu butuh biaya besar”.

Di akhir acara, aku (dengan mimik muka mesem-mesem) memutuskan bahwa aku sudah tidak mengerti dengan ketakutan seorang usia 20-awal. Aku sudah di usia 20-akhir (26 kalau mau tahu) dan aku memutuskan tidak bisa lagi terlibat dengan ketakutan untuk menikah, atau ketakutan untuk mempunyai bayi, atau ketakutan tidak memiliki kemapanan finansial (meskipun aku sendiripun tidak mapan secara finansial).

Aku juga memutuskan untuk lebih memikirkan apakah sebuah acara blind date itu pantas atau tidak diikuti. Terutama oleh seorang wanita 20-akhir dan wanita 30-awal.

We have no more time for fears.

Jadi kalau seseorang punya info tentang temu lajang untuk wanita-wanita fun and fearless kabar-kabarin saja 🙂

-nyaw, menjadi lebih pemilih dalam artian yang bagus-

Congratulations!

Jadi, sebelum sebuah acara speed dating (yang ternyata bukan sebuah pilihan yang bijaksana seperti yang akan dituliskan pada tulisan berikutnya), aku dan teman baikku Rie-chan mengobrol. Karena aku sudah lama tidak update hidupku padanya, aku pun menceritakan semua kejadian ekstrim di dalam hidupku dan membuatnya syok. Rie-chan bilang meskipun dia merasa sedih mendengar aku mengalami banyak kejadian yang berat dari arah dalam keluarga maupun luar keluarga, dia juga entah kenapa merasa sangat senang. Rie-chan bahkan menyelamatiku dengan, “Selamat akhirnya Anda ini hidup!” Aku pun bertanya bagian manakah itu “hidup” dan Rie-chan bilang bagian yang mengalami gejolak-gejolak itu yang terasa hidup karena selama ini aku mengalami hidup yang relatif “datar” dan dapat diatasi dengan lumayan baik.

Lalu aku memikirkannya, tentang merasa “hidup”.

Tidak pernah aku mengira, bahwa yang namanya merasa “hidup” adalah merasa babak belur dan sepenuhnya tidak mempunyai sebuah petunjuk harus melakukan apa dalam hidupmu. Aku tidak punya uang. Aku tidak punya pasangan. Aku tidak punya sebuah karier. Aku bahkan tidak punya bakat yang “tetap”. Apakah merasa “hidup” adalah menyadari bahwa seseorang tidak punya apapun selain sebuah keinginan baik untuk “berbuat benar”?

Aku tidak tahu jawabannya saat ini.

Aku pun memikirkan mereka yang hidup di negara konflik seperti di Afrika. Pasti berat sekali hidup dengan penuh gejolak seperti itu. Mimpi pun hanya menjadi sebuah kemewahan yang tidak dapat dicapai.

Yang pastinya, yang bilang “life is a bitch” tidak pernah tahu bahwa bitch itu bisa berbagai jurus. Karate, kungfu, krav maga, dsb.

Karena

“Life kicks butts well”

-nyaw, mungkin penggunaan kata “spektakuler” tidak secocok seperti yang sebelumnya kukira, jadi aku akan menghentikannya :p”