Girlpower Up!

Aku perempuan dan aku tidak kunjung mengerti dengan istilah “girlpower”. Apa sih girlpower yang diinginkan itu? Sepertinya perempuan itu dari waktu ke waktu berusaha untuk menjadi seorang manusia super aja dari waktu ke waktu. Pengen punya pekerjaan dengan gaji besar tapi tetap punya keluarga utuh dengan anak-anak yang “sukses” dan suami yang setia. Ya ya ya… indahnya hidup ini ya.

Baru aja nonton film yang tidak ada aktornya sama sekali. Semuanya aktris…. Aku cukup terkesan dengan fakta itu tapi aku tidak terlalu terkesan dengan alur ceritanya. Tokoh utama film itu (Meg Ryan) adalah seorang ibu rumah tangga yang manis, lalu *dipotong singkat saja* dia mengetahui dari seorang tukang manicure kalau suaminya selingkuh dengan seorang salesgirl yang bohay (Eva Mendez). Bisa ditebak lah ya kalo bakal pisah kan Meg Ryan dengan suaminya. Terus… *potong lagi* Meg Ryan menggunakan perpisahan dengan suaminya sebagai ajang untuk meraih impiannya sebagai desainer. Lalu setelah dia sukses, tiba-tiba si suami merasa kesuksesan dia sangat seksi dan meminta untuk kembali bersama. Meg Ryan memaafkan dan semuanya bahagia.

Wow.

Aku kok gak merasakan “girlpower” yang dimaksudkan itu sih? Aku hanya melihat seorang wanita tidak berdaya. Setelah memperhatikan keluarganya dengan sepenuh hati dan setia bertahun-tahun, dia masih harus membuktikan dirinya berharga hanya karena dia tidak seksi? Dia juga harus membuktikan kalau dia itu bisa “sukses”???

Girlpower kiss my *ss dah….

Aku gak ngerti deh dengan kemauan sesungguhnya perempuan-perempuan lain di luar sana. Tapi aku sendiri sih hanya ingin dihargai apapun yang dilakukan.

Tapi kalau kata ibuku, setidaknya sekarang bisa memilih apa yang ingin dilakukan dan tidak usah disunat di bagian G-spot. Di luar dugaan, untuk mendapatkan HAM-nya, perempuan harus menjadi luarbiasa super. Lebih super dari manusia lainnya.

Jadi bagaimana perempuan-perempuan? Sudahkah kalian mendapat hal yang diinginkan itu?

“Girlpower” up!

-dz, sedang sarkastik tidak mengerti dengan saran laki-laki untuk “tunggu dilamar aja” dan saran perempuan untuk “harus kerja atau sekolah kalau tidak mau direndahkan suami”. Beneran, hidup membingungkan kadang-kadang. Kurasa aku akan menganggurkan diri sampai akhir tahun saja… :p-

Niat (mencari) Emas

Beberapa hal belakangan ini membuatku nostalgic. Jadi ingat pertama kali berkata pada diri sendiri,

“Manusia itu memang tidak bisa diharapkan sama sekali” – dz, umur 6 1/2tahun tahun-

Lalu bagaimana seorang gadis kecil bisa kehilangan harapan seperti itu? Nah ceritanya begini;

Saat umur segitu, seperti yang sudah ditulis dalam post sebelum-sebelumnya, aku tinggal di negri Paman Sam. Kebiasaan orang sana adalah membesarkan hati anak-anak dengan berkata, “Saya tahu bahwa kamu orang yang hebat dan punya banyak potensi.” Tapi terkadang, ucapannya tidak persis seperti itu, kadang-kadang oleh orang yang tidak sadar, ucapan itu menjadi, “Saya membantu kamu karena saya yakin kamu orang hebat penuh potensi.”

Lalu karena ucapan yang seperti itu, aku menjadi tidak percaya dengan kebaikan hati orang lain. Aku berpikirs karena diembeli-embeli dengan “hebat” dan “penuh potensi” dia menjadi orang yang baik. Bagaimana dengan berbuat baik karena tidak ada alasan hanya karena merasa perlu melakukannya? Kurasa itu sudah barang basi. Lalu bagaimana dengan anak-anak yang apapun yang kita lakukan tidak ketemu juga kehebatannya? Apa semua kebaikan itu berubah menjadi penyesalan?

Pada orang yang mengucapkan kalimat itu, aku hanya melotot.

Sekarang setelah hampir 23 tahun, aku berpikir bahwa yang seperti itu memang sudah fitrah. Niat emas sebenarnya Niat (mencari) emas. Apalagi pada Pak Yo yang bilang, “Lintang cuman 1, tapi di Papua saya ketemu 10 Lintang” tiba-tiba aku menjadi sangat tidak respek.

Apa kalau anak itu bukan Lintang, kita akan memalingkan muka?

Apa kalau tidak punya harapan dia adalah Lintang, kita akan memalingkan muka?

Apa karena mungkin di luar sana ada Lintang, kita harus membangun daerah terpencil?

Apa karena sebuah standar, kita musti baik?

Sejak umur 6 1/2 tahun, ketakutan bahwa suatu hari akan dibuang masyarakat karena tidak “hebat” atau “potensif” menghantuiku. Pada waktu ke waktu, ketika aku merasa ketakutan, aku akan ingat ajaran tua, “Jangan harap pada makhluk, harap hanya pada Tuhan.”

Tuhan memang sangat mengerti kita semua.

Allahuakbar.

Tapi apakah ajaran niat (mencari) emas akan selalu diteruskan dari generasi ke generasi? Kalau seperti itu bisa-bisa spesies kita habis hanya karena sebuah ‘ide’.

Tidak pernah terpikir olehku, bahwa membunuh seseorang karena sebuah ‘ide’ itu halal.

Apalagi ide-nya bengkok! :p

Agent of Change

Satu minggu yang lalu, aku membereskan catatan-catatan lamaku. Aku cukup terpesona dengan kebiasaanku yang dulu. Ternyata di luar dugaan, saat baru masuk perguruan tinggi, aku membuat sejumlah catatan yang aneh. Catatan yang aneh itu berisi hal-hal yang menurutku tertarik. Aku pernah membuat sebuah diagram alir tentang hubungan energi dan materi menurut pendapatku sendiri. Sepertinya aku cukup ngotot bahwa kalau materi itu bisa jadi energi berarti sebaliknya berlaku. Jadi aku berimajinasi bahwa kalau kita tiba-tiba menepuk udara, tiba-tiba bisa timbul sesuatu *hujan es krim/ gula-gula misalnya*.

Lalu ada saatnya aku sangat menyukai virus. Saat itu aku sedang mengikuti kuliah Biologi Sel Dasar, dan dosen yang mengajar mata kuliah itu selalu bersemangat dalam menceritakan sesuatu. Pada saat dia menceritakan tentang virus, aku menjadi sangat tertarik.

Aku sangat suka dengan virus karena dia tidak hidup tapi begitu tertular kehidupan si inang, dia menjadi bersemangat. Meskipun virus berkonotasi jelek, dia tetap melakukan pekerjaannya dari generasi ke generasi. Tidak seperti pikiran kebanyakan orang, pekerjaan virus itu bukan menginfeksi, pekerjaan virus adalah “mengubah”.

Sampai saat ini, aku belum kenal makhluk tukang ubah yang lebih berdedikasi daripada virus. Dia selalu melakukan pekerjaannya dengan tuntas. Lalu saat dia berusaha dihentikan, dia mengubah dirinya sendiri agar tetap bisa mengubah yang lain.

Gila… benar-benar makhluk yang keras kepala…!

Kurasa orang-orang sukses di luar sana juga seperti virus ya. Apapun yang terjadi, mereka tidak bisa berhenti melakukan apa yang mereka lakukan.

:p

Bintang

*Masih berhubungan dengan post sebelumnya*

Jadi karena aku begitu uring-uringan, aku berpikir bahwa bagaimana kalau kita membaca sesuatu yang pasti benar. Kau tahu, karena semuanya begitu busuk dan rasanya paru-paru penuh polusi kebohongan yang menipu, hati kita menjadi tergerak untuk menjadi kosong dan mencari kebenaran.

Meskipun sudah begitu memuncaknya polusi di dalam tubuh, untunglah masih diberi inspirasi dan diingatkan bahwa bacaan yang paling benar itu Al Qur’an.

Jadi aku membuka Al Qur’an-ku *plop! –> halah pakek FX* dan membaca dari terakhir ditandai. Aku membaca membaca… lalu tiba-tiba di tengah surat menangis *padahal gak ngerti aku artinya, suer dah…* Saat menangis tiba-tiba aku berpikir bahwa memang hanya Allah yang benar-benar mengerti kita, seperti apapun kita berdoa, meskipun tanpa aturan pun Dia selalu dengar, lalu aku merasa bahwa aku sudah sangat menyulitkan tapi terus menangis lagi karena Allah Maha Kuasa jadi bisa melakukan apapun lalu tiba-tiba sangat terharu punya Tuhan yang hebat banget….

Lalu seperti biasa, aku mencari artinya *karena kita harus paham apa yang kita baca terutama kalau diucapkan lagi* dan Subhanallah… aku menangis pas ayat yang artinya kira-kira “Kami yang jadikan kamu menangis dan tertawa”. Lalu ayat itu diikuti dengan rangkaian peristiwa bagaimana awal kita dan akhir kita dan di sana ditegaskan bahwa Allah yang punya kuasa atas semua peristiwa itu.

Luar biasa… Dari awal sampai akhir Allah selalu ada untuk kita. Padahal sering kali kita adalah ciptaan yang menyebalkan. Tiba-tiba sesat lah, muja-muja yang gak jelas lah, atau tiba-tiba pengen bunuh orang lain lah, atau tiba-tiba protes dengan keadaan yang udah enak lah… tapi Allah SELALU ADA.

Subhanallah, sabar dan kuasa sekali Tuhan kita….

Kadang-kadang mata ini rasanya akan jadi sipit saking seringnya memincing karena takjub dan heran.

Luar biasa… Kalau penasaran, silakan cari ayatnya di surat Bintang ^^

Diam dan Melotot

Akhir-akhir ini sedang merasa terpuruk. Banyak yang ingin dilakukan, tapi terlalu banyak pilihan. Setelah memilih malah jadi tidak berminat. Selain itu, akhir-akhir ini sedang sebal dengan orang-orang yang sibuk ber-Lebaran-ria. Bukan lebaran yang mensucikan diri itu loh, tapi lebaran yang ingin segera bulan puasa ini berakhir. Mendekati akhir bulan, orang-orang semakin cepat kesal.

Kemarin pun mendapat damprat satpam karena gak sopan dan tidak menghargai. Padahal itu hari pertama puasa lagi buatku, jadi rasanya kesal sekali tiba-tiba harus melakukan hal yang bertentangan dengan batin.

Maksudnya, kita memang harus menghormati orang lain, tapi kalau diminta malah nggak akan diberikan.

Jadi yang aku lakukan adalah diam dan melotot.

Aku selalu melakukan itu. Waktu SMP pun aku mendapat masalah karena diam dan melotot pada guru fisikaku karena sebuah masalah sepele. Sepanjang pelajaran dia mengolokku yang diam dan melotot tapi aku tidak melakukan apapun. Aku hanya diam dan melotot. Sepertinya harusnya aku membantah atau membela diri, tapi aku tidak pernah melakukan hal seperti itu saat konfrontasi.

Entahlah, itu kebiasaan aneh.

Mungkin karena mereka bilang aku tidak sopan dan beretika jadinya aku diam. Karena mereka begitu beretika, kenapa tidak sekalian kita belajar bagaimana etika itu dengan memelototi mereka dengan seksama?

Itu tindakan bodoh tentu saja.

Karena seluruh orang yang mengharuskan kita beretika, lebih tidak beretika dari yang mereka pikir. Karena kalau mereka sudah beretika, secara tidak sadar orang yang di hadapannya jadi beretika. Bahkan orang yang tidak tahu hal yang seperti itu akan bilang terus terang lalu terjadi suasana saling menghormati.

Jadi kupikir…,

sopan-santun itu penting.

Kadang-kadang.

Tapi menjadi tulus itu harus.

Selalu.

Meskipun itu artinya secara tulus sangat membenci suatu prilaku atau tidak ingin melakukan sesuatu.

Apa boleh buat, hati ini sudah jujur.

Republik Sinetron

Kalau Ahmad Dhani punya Republik Cinta, kita punya Republik Sinetron.

Republik Sinetron adalah suatu negara yang terdiri dari:

1. Orang kaya yang pasti jahat dan tukang tindas

2. Orang miskin yang pasti santun dan tertindas

3. Perempuan seksi yang licik

4. Perempuan kembang desa yang lemah

5. Laki-laki tampan berbakat anak mama

6. Ibu-ibu tukang berkomplot yang suka ke salon

7. Bapak-bapak yang bingung kenapa tidak bercerai dengan si ibu-ibu

8. Mertua yang senang mencampuri hidup orang lain

9. Orang-orang yang mirip dengan hidup nyata tapi entah kenapa malah jadi pemain latar (?)

Adakah anda telah mengkotakkan orang yang tidak anda kenal ke dalam salah satu kotak itu hanya karena sepertinya itu adalah peran yang paling cocok untuk orang itu?

Kalau iya, selamat, anda telah menjadi warga negara Republik Sinetron.

Pertanyaannya: Sampai kapan mau pura-pura hidup di dunia nyata? Di luar sana sebuah rimba loh….

Eyes on Me!

Kemarin curhat sama Bapak dan Ibu tentang nilai B dan malah dimarahi habis-habisan sama Bapak. Katanya, “Yang seperti itu harusnya jadi pecut untuk membuktikan bahwa kamu itu lebih pintar! Kalau yang seperti itu aja menyerah, payah amat!”

Huuuu… jadi saudara-saudara, saat kita merasa kekurangan, jalan keluarnya adalah memberi lebih, lebih dan lebih lagi! Dengan begitu kita bisa membuktikan bahwa kita lebih kaya dari yang orang kira!

Nyahahahahahaha….. haaaaa…… padahal tadinya mau sudah saja setelah apoteker. Kadang-kadang merasa bahwa berada di balik counter sambil bercerita tentang obat itu not my style. Terpaksa…, terpaksa kalian semua beradaptasi dengan apoteker gaya nyaw!

Nyahahahahaha………!!!!!! Kasian deh kalian semua……!!!!!!!

Dan ngomong-ngomong pembicaraan yang kemarin itu mengingatkan pada diva ternama, Whitney Houston dengan lagunya yang terkenal “Greatest Love”. Mengingatkan pada sepotong lirik,

“Everybody is looking for a hero. Someone else to look up to…. That is why a decided to depend on me.”

Keren yak. Alih-alih menunggu bakatnya diketemukan orang lain, dirinya menemukan pahlawan di dalam dirinya sendiri.

Eyes on me baby! :p

Nyaw tidak puas

Baru lihat nilai sidang, dan nilainya B.

B untuk BANGKE

Berbulan-bulan, siang dan malam, uang berjuta-juta dipakai untuk 1 sidang itu dan nilainya B.

SAYA SANGAT TIDAK PUAS.

terlebih lagi,

Saya merasa dikasihani.

TIDAK PERLU! <_<

Akan saya gantung transkrip nilai itu di dinding untuk mengingatkanku setiap hari bahwa saya tidak puas. Akan saya gantung transkrip itu untuk mengingatkan bahwa semua usahaku hanya bernilai BANGKE.

-berendah diri, membanting setir, betulan gak cocok di jurusannya tapi bisa lulus terus, Tuhan apa maksudnya?-

Long Life Learner

Akhirnya dapat juga gelar “Apt” di belakang nama. Dah bercucuran keringat, emosi, dan macam-macam lainnya. Terharu dan gak percaya rasanya. Tapi yang paling mengharukan adalah terpilihnya temanku *sebut Pebbles* sebagai lulusan terbaik.

Pebbles adalah orang yang sangat tenang dan sabar. Otaknya encer dan inovatif. Dari dulu selalu salut lihat Pebbles. Dia selalu semangat dan tidak pernah berhenti belajar. Baru semester yang lalu aku tahu alasannya.

Jadi, semester lalu, kita dapat tugas tentang visi misi hidup. Buatku harus menyampaikan visi dan misi di depan khalayak banyak adalah siksaan berat. Aku masih belum bisa terbuka dengan orang lain meskipun sekedar visi-misi. Karena aku begitu tertutupnya, aku merasa sangat tergerak saat Pebbles menceritakan visi-misi hidupnya dengan penuh keberanian.

Pada saat maju ke depan dan menceritakan visinya, Pebbles masih tenang seperti biasanya, meskipun lebih berapi-api dari biasanya. Tapi ketika sampai pada misinya untuk mengobati adiknya yang sakit parah dengan menjadi orang yang terbaik di bidang obat-obatan, dia menjadi tidak seperti biasanya. Pebbles yang selalu tenang dan cool, tiba-tiba bercerita dengan mata yang berkunang-kunang. Suaranya pun jadi terbata-bata. Dia menyatakan beberapa kali bahwa dia harus mengobati adiknya.

Dan saat itulah dia menggerakkan hatiku. Bahwa dia punya keinginan kuat untuk melakukan sesuatu, itu sangat menginspirasi bagiku. Yang lebih menginspirasi adalah betapa yakinnya bahwa dia bisa melakukan hal itu! Makanya pada saat berpapasan dengannya, aku memberi dia sebuah “tos” yang tinggi, karena sebagian jerih payahnya sebagian terbayar juga. Bagi dia ini pasti awalnya saja, tapi dengan melakukan sebuah langkah kecil saja sudah bisa menginspirasi, apalagi dengan langkah besar yak?

Aku sering mempertanyakan alasan kenapa aku ada di jurusan Farmasi, dan berani-beraninya jadi “Apt”.

Tapi lalu aku berpikir, kalau tidak melalui jalan ini, aku tidak akan tahu tentang sepenggal Pebbles. Padahal beruntung sekali orang yang pernah mengenalnya. Dia luar biasa, keteguhannya itu menjadikannya cantik. Kupikir kalian semua harus mengenalnya!

Kadang-kadang kupikir keberuntunganku itu sampai tidak masuk akal. Tapi aku gak punya masalah dengan itu.

Tidak ada masalah.

Alhamdulillah.