Jendela

Mata adalah jendela jiwa

Kadang-kadang aku berjalan sambil lirik kiri-kanan dan memperhatikan kalau beberapa orang kelihatan tua (bukan karena bertampang atau berpenampilan tua ya, tapi rasanya dia sudah tua). Kadang-kadang juga setelah lama tidak bertemu seseorang aku merasa bahwa orang itu menjadi tua (nanti aku akan bilang sama temanku itu, “Lu dah gede ya *tepok-tepok*”)

Aku merasakan itu saat melihat mata mereka. Rasanya mata mereka sudah lelah. Orang yang bermata lelah itu kalau sudah mengalami “hal yang biasanya belum boleh dilihat pada umur mereka”. Yang biasanya itu:

  1. Melihat kematian di usia muda
  2. Terangsang sebelum waktunya saat melihat lawan jenis (pernah bercumbu sebelum halal)
  3. Melihat keluarga dekat menderita untuk waktu yang panjang (punya keluarga yang “kurang” atau sakit menahun seperti kanker)
  4. Melihat kehidupan dunia malam/dunia jalanan 
  5. Melihat hal yang traumatik (perceraian orangtua, ditinggalkan orangtua sejak kecil, melihat korban perang secara langsung, melihat korban bencana alam secara langsung, hampir meninggal dalam kecelakaan).
  6. dsb

Berbagai peristiwa memang bisa sampai membekas ke bentuk fisik. Mantap beut.

Kadang-kadang aku bertanya-tanya apa aku juga punya mata lelah ya?

*bukan lelah liatin monitor kompi…. -_-*

*hmmm….. rasanya tidak*

Berapa Harganya?

Patah hati? Pasti familiar donk….

Orang-orang yang patah hati secara tidak sadar suka menetapkan harga orang yang dicintainya saat patah hati. Betul loh! Karena seperti kata pepatah, “Kau tidak akan mengetahui harga sesuatu sampai ditinggalkannya.” Nah berlaku juga dengan per-patah hati-an.

Jadi,

Saat kau membanting HP karena seseorang mencampakkanmu dan setelah itu kau merasa baik-baik saja. Artinya harga orang itu (bagimu) adalah sama dengan sebuah HP.

Saat kau menangis meraung-raung bersimbah air mata dan ingus saat seseorang meninggalkanmu. Harga orang itu (bagimu) setara dengan ingus dan airmatamu.

Saat kau tidak bisa mengerjakan apa-apa saat seseorang meninggalkanmu sampai beberapa bulan, harga orang itu (bagimu) adalah waktu yang hilang dari hidupmu.

Saat kau menyakiti orang-orang di sekitarmu karena hatimu begitu sakit ditinggalkan seseorang, itulah harga dia. Semua luka yang kamu torehkan pada orang lain.

Dan juga

Saat kau berusaha keras menjadi orang yang luarbiasa karena kamu tahu seseorang itu tidak bisa lepas dari pikiranmu. Itulah harga dia. Seharga semua energi dan waktu yang kamu sisihkan.

“Your feelings only matters to you. What matters is the action.”

Jadi, berapa nilai orang yang pernah memasuki hidupmu. Sebuah HP? Ingus dan air mata? Sebuah hati yang remuk?

atau

seseorang yang begitu hebat sampai bintang aja silau?

I wonder….

Maklum

“Maklum”

Akhir-akhir ini aku menjadi lebih tidak suka dari sebelumnya dengan kata ini. Apalagi aku baru membaca sebuah buku tentang perasaan nyata istri-istri. Aku jadi tidak mau memakai kata pengecut seperti “maklum”.

Buku yang dikarag Asma Nadia itu ditulis dengan sederhana dan to the point yang buatku enak sekali dibaca. Yang aku kritisi bukan cara menulisnya, tapi kenyataan yang diungkapkan oleh buku itu. Aku tidak habis pikir bagaimana sekumpulan istri bisa berkata: “Laki-laki itu ibarat teko, isinya bisa tumpah kemana-mana, yang penting dia balik lagi ke tempatnya.”

Itu adalah penghinaan besar untuk laki-laki. Benar. Bukan buat perempuan loh ya, tapi buat LAKI-LAKI! Kalau saya adalah laki-laki, saya akan merasa terhina disebut teko yang tidak bisa menjaga isinya. Dan lagi kalau aku laki-laki, aku merasa bahwa aku juga punya hak untuk mencintai istri sebaik mungkin. Dan karena berbagai penelitian ilmiah mengatakan bahwa setelah 2 tahun, hasrat itu akan mati, aku ingin jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan istriku karena aku merasa terhormat Allah memilihkannya untukku.

Titik.

Dan aku bukan teko -_-.

Perempuan, mereka suka sekali bilang “maklum”. Mereka mengaku dijajah laki-laki. Tapi perempuan, mereka setiap hari berdoa dijajah oleh laki-laki, disakiti laki-laki, dilecehkan oleh laki-laki dengan berkata, “Maklum, laki-laki memang tidak dapat menahan diri mereka. Mereka lemah dan tidak punya pendirian.” Dengan ide seperti itu, para perempuan bersedia menjadikan laki-laki sebagai imam.

Aku pun pernah berpikir laki-laki itu lemah, bodoh, dan hanya memikirkan selangkangan. Karena pikiran itu, aku tidak mau menikah. Aku tidak mau menghabiskan hari-hari tuaku dengan orang seperti itu karena pasti membosankan (aku terkenal sangat arogan dan kalau tidak arogan, orang-orang bilang bahwa aku terlalu tajam -_-). Tapi kemudian pikiranku berubah. Laki-laki itu pasti gagah sekali karena di Al Qur’an, mereka sangat dipercaya. Dipercaya dapat memperbaiki dirinya sendiri, dipercaya bisa melihat petunjuk-petunjuk, bahkan dipercaya dapat menjadi imam untuk istri mereka.

Dan sejak saat itu aku berpikir bahwa laki-laki, karena Allah yakin pada mereka, aku juga seharusnya tidak skeptis apalagi memakai analogi teko. Aku yakin bahwa semua laki-laki itu gagah. Dan yang menjadikan seorang laki-laki gagah bukan otot dan testis. Yang menjadikan seorang laki-laki gagah adalah pikiran dan hati.

Mungkin aku naif dan idealis. Tapi aku akan merasa terhormat kalau kalian bilang aku adalah orang yang optimis.

Hidup itu kejam, penuh penderitaan, hal buruk, oleh karena itu tidak perlu membuatnya lebih parah dari sebelumnya.

Percayalah, laki-laki sanggup kok berbuat baik, jujur, hormat, dan terutama sekali gagah.

Kalau masih bisa didoakan, berarti masih bisa diusahakan 😀

Keroncong Perut

Meskipun tugas sudah menumpuk, aku masih juga menghabiskan waktu dengan mengunduh scanlation manga dan membacanya. Karena aku sudah bosan dengan genre remaja, aku mencoba membaca genre yang lebih dewasa.

Lalu aku pun mengetahuinya.

Aku tahu bahwa aku tidak bisa menerima seks bebas, pelacuran, petting, dsb. Aku merasa bahwa ketika sebuah manga menceritakan bahwa seorang perempuan itu senang dipegang di daerah vitalnya secara acak, aku merasa bahwa itu mengerikan. Atau cerita tentang perempuan yang pekerjaannya terangsang secara seksual dan tidak punya kerjaan lain itu juga mengerikan. Bahkan cerita romantis tentang perempuan yang melacur sampai terkena AIDS agar dapat membiayai operasi laki-laki yang dia sukai benar-benar membulatkan tekadku untuk menghapus secara permanen semua manga “dewasa” itu.

Ya ya, itu fiksi. Tapi fiksi berawal dari nonfiksi. Di luar sana, seseorang mempunyai ide seperti itu. Bahwa wanita itu adalah makhluk pengguna tubuh. Bahwa wanita hanya mempunyai tubuhnya. Bahwa wanita akan mati kelaparan kalau suatu saat menolak menjual tubuhnya.

Kira-kira sampai selapar apa sampai-sampai mendorong seorang perempuan untuk menggunakan tubuhnya?

Gila.

Orang-orang seperti apa sih kita sampai mengangguk dan berkata, “Iya, pelacuran itu mau tidak mau ada terus, hidup ini keras, makan itu susah.” Rasanya itu alibi kan. Karena hidup itu sulit, pencurian menjadi biasa, pelacuran juga, dsb. Aku memang tidak terjun langsung dalam realita-realita ini tapi aku tahu bahwa tidak sopan membiarkan seseorang harus bekerja di bawah tekanan ketakutan AIDS, siphilis, gonorhae, kanker serviks, atau mati mengenaskan di jalanan.

Apa yang harus kita lakukan saudara-saudara?

Aku mau mulaidari kecil sekali, dengan cara membicarakan seks sebagai kegiatan yang terhormat. Aku belum melakukan seks, tapi aku yakin pasti enak sekali, sampai-sampai dia bisa menjual apapun. Karena itu adalah kegiatan yang hebat sekali, ayo kita bicarakan dia dengan posisi yang terhormat. Seperti seks itu dilakukan karena ada hal-hal yang tidak cukup dibicarakan antara suami dan istri. Dan juga seks dilakukan karena ingin bertemu anak-anak kita.

Hal-hal yang terhormat tidak bisa dilabeli harga oleh manusia. Begitu kupikir -_-.

Lalu juga kupikir bahwa,

kebodohan memang akan membunuh kita suatu saat. (tapi ini adalah cerita lain yang sangat panjang)

Gimana ya tindakan yang lain? -_-

Sungguh Terlalu >_<

-Energi negatif energi negatif. Hati-hati terbakar-

Menyangkut post di blog seorang teman baik

Aku mulai bertanya, apa aku akan menjadi binatang juga. Karena hidup itu “kejam” apa aku juga akan menjadi binatang >_<.

Tidak memikirkan diri sendiri. Menyakiti hati orang. Hidup dengan peraturan hutan rimba dimana yang kuat akan bertahan. Mereka yang kuat akan tahan terhadap evolusi.

Damn if I’m a romantic.

Kalau bisa puasa 1 bulan, ndak menyakiti orang lain sehari masa ndak bisa <_<.

Huh.

:mad2:

Aku belum dengar hati nurani awak bilang “Sakiti dia kalau mau bahagia.”

:mad2:

Dan dibilang itu takdir <_<.

Takdir itu kalau ada orang yang mau tidak mau terluka meskipun udah berusaha keras.

Orang-orang meremehkan takdir kutengok!!!!!!!! DASAR PEMALAS!!!!!!!!!! <_<

Huh. Huh. Huh. <_<

Sembunyi di balik God’s will sebagai alibi menyakiti saudaranya. Malu malu malu >_<. SUNGGUH TERLALU! >_<

“Setelah umur segini (lebih dari 50), saya jadi menyadari betapa berharganya pertemanan.” -Ibu Sasanti-

Palindrom

(betul ndak tulisannya begitu?)

Ulangtahunku baru lewat dan sekarang umurku 22. Angka yang lucu karena kalo dari kiri atau kanan tetep jadi 22, seperti “kasur rusak”, “1234321”, dkk. Dan ternyata banyak hal pertama lagi yang terjadi di umur 22, dan terasa aneh, asing, berlebihan, tapi aku menerimanya tentu :p.

Di umur 22 ini aku:

1. Mendapat kado pertama dari laki-laki yang bukan keluarga (Membal Merah). Kurasa aku berkata, “Lucu ya.” saat menerimanya karena aku merasa aneh dan lucu dan kadonya sendiri sangat nyaw. Senang macam-macam deh 😀 . Kurasa lucu sekali karena aku mendapatkan sesuatu yang aku inginkan, barang “handpicked” oleh pemberi. Jadi ingin menyimpannya bersama oleh-oleh pertama dari laki-laki yang bukan keluarga (dari Membal Merah) dan juga dengan tiket nonton berdua pertama dengan laki-laki yang bukan keluarga (juga dari Membal Merah). *baru sadar, ternyata banyak hal pertama sama Membal Merah!!! Berarti ini adalah tahun yang merah, dan MM juga palindrom :p*

2. Berhasil keluar dari Sabuga sebagai sarjana setelah mengalami berbagai macam masalah, kelalaian, ketidakpuasan dan masalah-masalah kesehatan yang buruk. Mengetahui bahwa ternyata ada kesedihan di dalam kebahagiaan dan juga jadi tahu betapa inginnya berbagi apa saja dengan orang-orang yang disayangi.

3. Mendapatkan lebih banyak waktu untuk membaca novel-novel menarik. Lagi menggemari novel-novel petualangan yang penuh perjuangan 😀 . Belakangan aku baru tahu betapa tidak sukanya aku dengan tokoh yang bersift labil. Aku ternyata sangat suka dengan tokoh-tokoh yang gagah dan tegas. Menjelaskan banyak kenapa aku sangat suka kuda (bukan kuda poni loh, tapi kuda-kuda yang maskulin), dan juga naga. Ternyata aku adalah penggila kegagahan!

4. Lebih bahagia saat makan dan tidur. Rasanya semuanya membuat badan segar, dan meskipun jadi bulat, aku merasa lebih harmonis eskipun masih juga galak saat mengerjakan tugas atau belajar. Mungkin di saat belajar aku merasa bahwa aku harus lebih kritis, entahlah, aku sendiri tidak mengerti menagapa aku begitu galak kalau tentang perkuliahan.

5. Lebih menikmati lagi saat-saat mandi di mana aku memakai lulur yang pas sekali sehingga aku bisa memotong setengah am untuk memakai body lotion karena lulur itu membuat kulit halus untuk 3 hari (ada minyak zaitun-nya). Setengah jam yang sangat berguna untuk brainstorming atau diam.

6. Wah udah gak keitung lagi hal-hal yang baru dialami di usia ini!

Semoga mengalami lebih banyak lagi keseruan 😀 dan semoga bisa merasakan keseruan-keseruan itu 😀

Amien amien….

Mapan (?!)

The love you are feeling only matters to you. The things you do that counts.

Tadi pagi, udara yang dingin membuatku malas untuk banyak bergerak. Apalagi dengan banyaknya rencana di siang hari, jadi aku memutuskan untuk menyalakan TV kabel dan menonton film. Aku hanya menonton setengahnya tapi film itu dapat menyampaikan pesannya dengan cukup gamblang meskipun secara tidak langsung.

Di sana dikatakan bahwa kemapanan memerlukan keberanian. Untuk orang yang dicintai, lakukan segalanya, itu tidak berat. Benar-benar film yang bagus, setelah tahu judulnya, aku akan menuliskannya di sini.

Memang seperti itu ya, kalau menjadi orang yang “mapan”, diperlukan banyak keberanian. Ide semua orang tentang “mapan” adalah “monoton”. Misalnya, suatu hari kamu akan terlalu kaya untuk memperhatikan kesenangan memegang uang. Atau suatu hari kamu akan bosan dengan pernikahan/keluargamu karena selalu bertemu mereka. Mungkin juga suatu hari kamu akan bosan merasa bosan sampai rasanya bakalan membusuk 😆 .

Tapi pada kenyataannya, orang yang bilang dirinya “antikemapanan” itu juga orang mapan juga. Dia mapan dengan kebebasannya sehingga tidak berani membaginya.

Ironis banget.

Terus, aku juga merasa kalau orang “mapan” yang kemudian merasa bosan dan monoton sebenarnya saat itu sedang bergejolak. Mereka sedang berjuang membuat perubahan di dalam hidupnya, makanya rasanya bisa sangat tidak nyaman, dan mungkin sekali berbuat kesalahan dan melupakan hal-hal penting seperti untuk menjaga hal yang dicintai, bersyukur dengan yang sudah dimiliki, berbagi persepektif dengan orang lain, dan banyak hal lainnya.

Seru amat ya. Mari mapan!

😀

Pulau Untuk Satu

Sekarang aku adalah salah satu anak didikan gajah. Setelah 4 tahun menjadikannya rumah kedua, dan menambah 1 tahun agar bisa menjadi seorang apoteker, aku mulai berpikir bahwa kampus ini mempunyai kebiasaan yang buruk.

Orang yang sibuk sendiri dan kesulitan berinteraksi disebut autis. Terus terang aku merasa bahwa itu adalah penghinaan untuk anak-anak autis sebenarnya. Mereka tidak melakukan apapun yang salah dan menyerang orang, mereka hanya punya dunia mereka sendiri dan seluruh orang menjadikan ‘nama’ mereka sebagai umpatan.

Aku merasa itu perbuatan buruk kepada para anak autis yang telah mengajarkan banyak makna pada keluarga mereka, sedangkan anak-anak gajah menjadikan ‘nama’ mereka cemoohan.

Mungkin sebenarnya anak-anak gajah iri pada anak-anak yang punya pulau sendiri itu. Mungkin mereka tidak punya pulau jadi ingin menginvasi pulau orang lain?

Payah ya.

Dan katanya kita adalah perguruan tinggi nomer wahid di Indonesia.

Humm, ternyata tidak tahu apapun ya 😆

Atau mungkin memang semua orang begitu ya? Benci pada orang yang tidak bisa membagi pulaunya dengan mereka?

Membuat alibi di balik sifat fitrah!

😆

dangdut is da music of my country

Lagi-lagi aku ingin menegaskan bahwa aku bukan orang yang musikal, tapi entah dengan cara apa musik sering menangkapku.

Seperti misalnya sewaktu aku masih baru tiba di negri tropis yang indah ini. Hal pertama yang membuatku kaget adalah hentakan-hentakan semangat penari Papua dengan koteka mereka. Pada saat itu, aku merasa quote yang paling cocok untukku adalah “Kita benar-benar tidak berada di Kansas lagi, Totto….” 😆 Benar-benar pengalaman yang menyenangkan.

Setelah terkesan dengan semangat orang Papua, aku kemudian sangat menyukai musik dangdut. Aku benar-benar merasa terkesan dengan kata-kata pendek yang digunakannya (meskipun tidak mengerti, tapi aku merasa pasti cukup sederhana). Aku juga terkesan dengan suara cengkok si penyanyi dan seruling. Aku merasa bahwa paduannya manis dan sangat unik. Lagu kesukaanku pada saat itu adalah “5 menit lagi” dan “RT 03/ RW 05” (mungkin saking sukanya, aku sekarang tinggal di RT 03/RW 05!). Aku sering menyanyikan kedua lagu itu bahkan sebelum mengerti artinya. Tapi itu tidak masalah karena bahkan aku tahu bahwa itu adalah lagu cinta! 😆

Meskipun sekarang aku tidak suka dangdut, aku merasakan sebuah kewajiban untuk berterimakasih atas penemu musik dangdut. Melalui nada dan lirik yang sederhana, aku belajar berbahasa Indonesia dengan cara yang sangat sangat seru 😀

saya dan saya

At the end you will find that you are the same like the others. You are not special.

Aku baru baca fabel anak-anak yang menyenangkan. Itu loh, “The Little Prince” karangan Antoine de Saint-Exupery. Itu adalah fabel yang terkenal SEKALI, dan aku baru membacanya karena sudah beberapa kali melewatinya tapi entah kenapa rasanya sudah kenal dengan buku itu jadi kupikir nanti saja bacanya kalau ada teman yang beli. Ternyata pada akhirnya ada temanku yang beli, jadi aku berkesempatan membacanya (akhirnya aku beli sendiri untuk diwariskan *InsyaAllah* ke anak).

Saat membacanya aku merasa terharu bahwa bukan aku saja yang berpikir atau merasa seperti itu (silakan dibaca bukunya). Tadinya aku berpikir bahwa mungkin aku ini semacam alien terjatuh entah bagaimana ke dalam rahim ibuku, tapi ternyata pengarang “The Little Prince” punya pemikiran yang sama denganku. Jadi ternyata memang betul perasaanku bahwa aku memang sudah kenal dengan si pengarang, dan rasanya sudah akrab sekali seperti sahabat.

Beruntung sekali 😀

Ternyata bukan aku saja anak kecil yang terjebak dalam tubuh yang memudar.

dan ternyata juga,

bukan aku saja yang merasa bahwa anak kecil lebih tua dari orang dewasa.

Bayi dan anak kecil kan punya jiwa yang lebih tua dari orang dewasa kalau memakai hitungan surga. Aku merasa kalau umurmu bertambah di surga seiring dengan ingatan tentang tempat itu, bukan bertambah dengan lupa.

Tapi itu hanya aku. Aku betul-betul suka dengan “The Little Prince”, aku akan berusaha menyimpannya dengan sebaik mungkin.