Kegilaan

Penulis, seniman, dan semacam itu, konon katanya mereka semua sebenarnya adalah orang-orang yang gila. Sama seperti semua orang lainnya. Gila. Tapi dalam level yang berbeda. Mungkin karena kebenaran terletak di daerah otak yang dalam sekali. Atau mungkin kebenaran letaknya setelah entah berapa banyak syaraf terkoneksi.

Jadi mencari kebenaran adalah hal yang sangat sulit dilakukan.

Kamu melakukannya sendiri. Karena jalan setiap orang berbeda.

Karena kamu sendirian, kamu jadi gila.

Setidaknya begitulah yang dikatakan di dalam buku Veronika Decides To Die-Paulo Coelho.

Terdengar seperti pekerjaan yang berbahaya untuk mental ya? Memang. Makanya biasanya seniman-seniman itu adrenaline junkie. Karena itulah mereka suka hal yang nyentrik dan unik. Karena itu memompa adrenalin dan merenggang rasa keterbatasan. Berbahaya. Semakin berbahaya semakin mengasyikkan. Begitulah kulihat-lihat.

Berbahaya. Asyik. Menantang. Merenggang.

Yang saya gambarkan perilaku seniman ataukah kucing garong?

Saya mulai kehilangan track. Atau mungkin itu hal yang sama.

Bagi saya pribadi, saya tidak tahu apa itu hakikat menulis. Nyastra. Nyeni. Apapun itu. Saya tidak terlalu memikirkannya. Urusan saya hanya sedikit banyak menggali sebanyak-banyaknya dan berusaha menyentuh bagian terdalam dari pikiran manusia.

Anehnya itu menjadikan saya seorang copywriter.

Loh kok kenapa bisa? Padahal saya pikir saya temannya Paulo Coelho. Inginnya saya begitu. Tapi mungkin saya emang gak nyastra dan nyeni. Saya hanya suka menyentuh pemikiran orang-orang. Membuat orang bergerak adalah sebuah hobi. Buat saya itu lewat gambar, lewat kata-kata, kalimat-kalimat, dan akhir-akhir ini saya berpikir itu dilakukan lewat dongeng. Lewat nada-nada yang enak di telinga.

Saya punya rencana berlatih membaca keras-keras. Tapi saya suka merasa malu sendiri. Terutama kalau ada demit bule di pojokan yang mendengarkan sambil membuat komentar-komentar sarkastis.

Sering kali saya tidak memikirkan apa hal-hal yang saya inginkan akan mendatangkan uang. Saya pikir kalau Tuhan ridha dengan apa yang saya lakukan, seharusnya saya tidak kelaparan. Begitu logika aneh dalam otak saya berputar.

Jadinya suatu hari seseorang berkata bahwa dia bingung bagaimana mulai mendapatkan uang dari menulis.

Jujur saya juga tidak tahu dan tidak memikirkannya. Mungkin karena saya masih mengejar mimpi untuk memiliki karya yang diterbitkan. Dan mimpi itu rasa-rasanya akan membuat saya gila.

Apalagi saya membaca ulang tulisan-tulisan sendiri dan ada beberapa yang pasti akan saya rombak habis-habisan. Dan saya belum melakukannya karena masih belum dapat copywriting yang sangat pas seperti yang saya bayangkan.

Jadi bisa saja di masa depan saya akan menjadi orang yang gila banget.

Sekarang saja sudah agak gila banget.

Dan liburan lebaran ini tidak membantu. Hanya membuat stress karena orang-orang yang sedang berlibur sangat menyebalkan. Kegemarannya parkir sembarangan, buang sampah sembarangan dan menyela antrian. Mungkin orang-orang berlibur bersikap begitu karena merasa tidak akan kembali ke kota ini. Mungkin juga mereka terlalu banyak mengikuti aturan kantor korporat atau semacam itu sehingga menjadikan lebaran saatnya menjadi bebas. Toh sudah minal aidin.

Nah kan saya terlihat gila kan dengan omelan itu. Tindakan-tindakan kecil itu sangat mengganggu bagi saya. Kadang lebih ganggu dari perang dan kelaparan. Karena saya percaya semua hal besar itu asalnya dari hal-hal kecil itu. Seperti dari seorang buang sampah sembarangan akan menjadikan buang sampah sembarangan itu sebuah budaya dan semua sungai akan mampat oleh sampah dan kotoran,

Padahal manusia adalah kontributor terbesar dari debu di dalam atmosfir. Kenapa manusia senang banget berbuat seenaknya. Suka nggak sih dengan kebersihan? Apa suka dengan hal-hal yang kotor dan tidak rapi? Seperti si demit di dalam kamar mess yang senang hidup dalam aliran air. Apapun jenis air itu?

Bodoh banget.

Nah kan saya gila banget kan.

Makanya yang rapi bersih. Bantu saya yang kerjanya menulis ini untuk fokus. Kalau tidak kan saya jadi pengen bersih-bersih atau melakukan relokasi manusia. Padahal harusnya kan saya lagi nulis. Writing and copywriting. Both lah. Serempak tapi fokus. Dua arah tapi searah.

Oke?

Oke!

Sip ya. Stop jorok ok. Kalau tidak saya akan memperlakukan anda seperti demit-demit. Dan terkadang saya memperlakukan mereka seperti anjing-anjing di dalam acara Dog Whisperer-Caeser Millan. Saya yakin anda tidak ingin diperlakukan seperti anjing kan? Makanya jangan aneh dan merasa bisa buang sampah sembarangan. parkir seenaknya dan menyela antrian.

Yang gila itu Anda yang meremehkan sopan santun dasar semacam itu.

Sayangnya orang gila itu tidak pernah merasa gila! Jadi percuma kalau saya memberikan quote dari seorang kawan lama saya:

“JANGAN GILA DONK”

Ah percum-ceu

-nyaw, kentutin orang-orang yang seenaknya-

Leave a comment