The Real G-Spot

Sentuhlah dia di hatinya
-Ari Lasso-

Yang dikatakan Ari Lasso di lagunya itu benar. Kalau wanita itu melayang kalau disentuh di hatinya. Dan itu yang terjadi padaku sampai kalimat, “ARGH… ayo kendalikan diri dan jangan sampai jatuh cinta!!!!” tidak berguna karena si oknum udah mnyentuh di tempat yang tepat,

Hati.

Siapa oknum ini?

Dia adalah teman sekelasku waktu kelas 2 SMU. Sedikit seram di tampang, banyak lembut di sikap. Tidak bisa aku sebut kecengan, karena tidak ada rasa seperti itu. Tidak pernah ada “passion” dalam cara aku jatuh cinta pada dirinya. Dia seperti bapak, kakak, dan teman karib yang sangat baik tapi aku mencintainya seakan-akan tidak ada hal yang lebih penting.

Tidak ada hal yang lebih penting.
Wow, cukup menyedihkan.
Apalagi kalau yang bersangkutan tidak merasakan hal yang sama.

Weits, salah. Untung si orang itu tidak merasakan hal yang sama. Karena kalau iya, berarti ada 2 orang menyedihkan pada saat itu!

Back to topic, mengenai si oknum.

Iya, aku mencintainya seakan-akan tidak ada hal yang lebih penting. Untuk pertama kalinya dalam hidupku yang tertutup, aku merasa berhak untuk menyatakan apapun yang kurasakan tanpa merasa ketakutan sedikitpun. Aku bisa mengganggunya seharian melalui sms hanya untuk membaca gaya smsnya yang paling kusukai. Biasanya seperti ini:

Bla bla bla…, din….

Bisa juga menghabiskan waktu mengobrol dengannya hanya karena ingin menghabiskan waktu dengannya, dan lebih penting lagi, jangan sampai ia menghabiskan waktunya untuk orang lain. Pada saat-saat seperti itu aku sangat menikmati bau rokok yang menempel di tubuhnya dan bagaimana ujung-ujung matanya menyipit ketika tersenyum. Aku merasa begitu mabuknya, sampai-sampai aku tidak sadar dengan hal penting yang kutinggalkan.

Diriku sendiri.

Aku lupa bagaimana ia menjauhkan langkah ketika berjalan bersamaku karena malu terlihat bersamaku. Aku juga tidak berusaha untuk lupa bagaimana ia selalu berkata bahwa tubuhku terlihat salah (alias: terlalu gendut). Aku juga tidak ingat bahwa dia tidak sekalipun berusaha untuk melirik ke arahku.

Apa yang kupikirkan?

Aku tidak berpikir, aku hanya merasa. Bahwa tidak apa-apa ia menganggapku tidak ada asalkan aku bisa selalu mengetahui kehadirannya.

Humm?
Bukankah itu aneh?
Kenapa membiarkan orang lain mencampakkan dirimu ketika seharusnya kau adalah hal yang berharga?

Logikanya adalah begini:
Kenyataannya kau dicampakkan. Hal-hal yang tidak berharga itu pasti dicampakkan.

Apa artinya kau adalah hal yang tidak berharga?

Oleh karena itu, aku kembali ke “ARGH… ayo kendalikan diri dan jangan sampai jatuh cinta!!!!” dengan lebih fokus di “Saya istimewa.” Kedua hal itu bukan hal yang mudah, dan sering kali aku tersandung ketika menjalankannya dan malah melupakannya sama sekali. Tapi dalam hati aku yakin, karena aku akan menjadi orang hebat, pasti aku bisa mengendalikan perasaanku. Dan kalaupun tidak bisa, karena aku berusaha dengan keras, itu artinya aku sudah satu langkah lebih maju menuju kehebatan.

Bukannya itu seru?

Leave a comment